Daerah

Capai Omzet Rata-rata per Hari Rp 300 Juta Ekspor Tanaman Hias Se-Kabupaten Bogor

Spread the love

BERIMBANG.com – Omzet rata-rata per hari pelaku usaha ekspor tanaman hias se-Kabupaten Bogor sebanyak 200 juta sampai dengan 300 juta. Jumlah yang cukup besar dan tentunya menyumbang devisa untuk negara.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Bogor Ade Yasin dalam Workshop Akselerasi Ekspor Tanaman Hias, di The Espemia Convention Hall & Villas, Ciawi, Kamis (21/10/2021).

Keberhasilan ekspor, lanjut Ade, prestasi yang membanggakan dan hendaknya menjadi contoh dan motivasi bagi para petani atau pelaku usaha tanaman hias lainnya untuk meningkatkan produksi tanaman hias.

“Saya sangat mengapresiasi, bahwa di tengah kondisi pandemi Covid 19, para petani dan pelaku usaha ekspor tanaman hias, mampu bekerja keras dan meraih peluang dalam berusaha tani,”

“Pemerintah Kabupaten Bogor menaruh perhatian kepada petani dan pelaku usaha tanaman hias melalui pemberian bantuan berupa green house, pipanisasi, sarana pasca panen dan alat kultur jaringan,” kata Ade Yasin.

Ade melihat kerja keras para petani dan pelaku usaha ekspor tanaman hias Kabupaten Bogor, ia optimis ekspor tanaman hias Kabupaten Bogor akan semakin berkembang.

“Usaha keras yang dilakukan oleh petani saya kira patut kita hargai, dan tentunya kita juga ingin, selain memenuhi kebutuhan tanaman tetapi pada intinya meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan petani,” katanya.

“Saya kira banyak ekspor tetapi kalau kita tidak sejahtera atau harga yang ditekankan terlalu rendah, saya kira juga itu tidak ada manfaatnya untuk petani jadi hanya dapat capeknya aja,” ujar Ade.

Ade menambahkan, pemerintah pusat harus mengawal harga yang menguntungkan petani. Jangan sampai sudah kerja keras, pesanan banyak, begitu sudah siap dikirim harganya turun.

“ini yang dikhawatirkan. Akhirnya modal mereka tidak balik tetapi mereka harus tetap mengirim tanaman tersebut. Saya mengajak untuk bersemangat, bekerja keras dan terus berinovasi untuk memacu dan mempertahankan produksi,” Pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultur, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementrian Pertanian, Liferdi Lukman menjelaskan, bicara tanam hias selama pandemi ini memang ada pergeseran yang semula tanaman hias didominasi tanaman bunga potong tetapi selama pandemi ini terlaih berubah ke tanaman hias daun.

“Tanam hias daun muncul mengambil peran begitu besar dan kita bersyukur Indonesia negara terbesar pengekspor tanaman hias kedua setelah Brazil. Tanaman hias yang dieskpor asli dari Indonesia sangat original,” papar Liferdi.

Pandemi ini, katanya, tidak dijadikan sia-sia bagi petani tanaman hias daun, sehingga bisa hadir di pasar internasional. Kementerian pertanian berupaya untuk menggencarkan apa yang kita miliki. Bulan November nanti ada acara di sepuluh negara jadi kita akan gencar mempromosikan.

“Masing-masing pejabat eselon diberi tanggung jawab mempromosikan komoditas kita, berbagai upaya terus kita lakukan untuk menggarap potensi tanaman hias, salah satunya di Kabupaten Bogor,” katanya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Distanhorbun) Kabupaten Bogor, Siti Nurianty menerangkan, terdapat 33 perusahaan ekspor tanaman hias yang melibatkan lebih dari 251 orang petani mitra.

“Kami ingin menjadikan Kecamatan Tamansari sebagai kampung florikultura dengan dilengkapi instalasi karantina mandiri, sehingga dapat mempermudah eskpor tanaman hias,” katanya.

Ucapan terimakasih ia sampaikan kepada Bank BNI tentang bantuan pembiayaan dan dukungan ekspor untuk tanaman hias, “Kami juga sampaikan terima kasih tim jajaran BNI baik BNI pusat maupun Bogor yang telah memberikan dukungan penuh, demi terlaksananya acara ini,” katanya.

Pelaku Usaha Tanaman Hias Daun Kecamatan Ciseeng, Cici Melita Rahmawati mengaku baru berjalan 7 bulan, telah memberdayakan sekitar 200 petani binaan diwilayahnya untuk memproduksi tanaman berstandar ekspor. Rasa optimisnya akan dikirim keseluruh dunia, untuk menguasai pasar global.

“Rata-rata pendapatan petani binaan kami bisa mencapai 10 sampai 15 juta untuk satu petani dari memproduksi 200 sampai 500 tanaman per bulan. Sejauh ini yang kami produksi massal ada 70 jenis tanaman yang asli indonesia,” ujar Cici.

Cici bersama kelompoknya pernah mengikuti kegiatan expo berskala internasional, juga mempersiapkan sistem dengan membuat aplikasi inventory, sehingga para petani dapat menginput ketersediaan produksi mereka, yang juga bisa diakses oleh seluruh eksportir.

“Saya yakin dengan kita berkolaborasi, semua saling mengambil peran, semua saling mensupport, kita dapat bangkit dan kita dapat mencapai target menguasai pasar global tanaman hias,”

“Apalagi dari kalangan milenial dengan segala kemudahan akses informasi, teknologi dan sebagainya. Saya yakin para petani milenial dapat mengambil peran yang penting untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara,” pungkasnya.

(Diskominfo Kabupaten Bogor)

Tinggalkan Balasan