Bulan: September 2025

Nasional

Indomie Dituding Beracun! Taiwan Tarik Produk, BPOM Bilang Aman

Berimbang.com – Mi instan asal Indonesia kembali menjadi buah bibir di kancah internasional. Otoritas pangan Taiwan menemukan dugaan kandungan residu pestisida etilen oksida pada salah satu varian Indomie, rasa Soto Banjar Limau Kulit, yang dianggap tidak sesuai standar keamanan pangan negara tersebut.

Temuan ini sontak membuat publik waspada, mengingat mi instan sudah lama menjadi makanan favorit masyarakat lintas generasi. Otoritas Taiwan bahkan meminta warganya untuk tidak mengonsumsi batch tertentu dari produk Indomie hingga investigasi rampung.

Taiwan Tarik Produk, Hong Kong Ikut Waspada

Menurut keterangan resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Taiwan pada Kamis (11/9/2025), batch yang dimaksud memiliki masa kedaluwarsa 19 Maret 2026. Otoritas Hong Kong pun ikut bereaksi dengan mengimbau warga untuk membuang produk tersebut bila sudah terlanjur membeli, baik dari pasar lokal maupun lewat jalur daring.

Etilen oksida sendiri dikenal luas sebagai bahan kimia industri—mulai dari sterilisasi alat medis, pembuatan deterjen, hingga plastik. Namun, paparan berlebih bisa memicu gangguan kesehatan serius, mulai dari iritasi kulit, masalah pernapasan, hingga risiko kanker.

BPOM RI: Masih Aman untuk Dikonsumsi

Merespons kegaduhan ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menyebut produk Indomie yang ditarik di Taiwan sebenarnya aman untuk dikonsumsi di Indonesia.

BPOM menjelaskan, hasil uji Taiwan menemukan kadar etilen oksida setara 0,34 ppm, sementara Indonesia telah menetapkan batas maksimal residu (BMR) 2-Chloro Ethanol sebesar 85 ppm—jauh di atas temuan tersebut.

“Dengan demikian, produk mi instan itu masih memenuhi persyaratan keamanan pangan di Indonesia maupun sejumlah negara lain seperti Amerika dan Kanada,” tulis BPOM.

Meski begitu, BPOM mengaku tetap melakukan langkah antisipasi, termasuk audit investigatif dan meminta PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk menjaga mutu serta keamanan produk ekspornya.

Perbedaan Standar Jadi Masalah

Perbedaan standar inilah yang memicu tarik-ulur regulasi. Taiwan melarang total etilen oksida pada pangan, sementara Indonesia dan beberapa negara lain masih menetapkan ambang batas tertentu.

Codex Alimentarius Commission (CAC), sebagai badan standar pangan internasional di bawah WHO/FAO, hingga kini belum menetapkan batas baku residu etilen oksida secara global.

Kesimpulan

Kasus ini menjadi peringatan keras bagi industri pangan Indonesia. Reputasi produk ekspor bisa terguncang hanya karena perbedaan standar regulasi antarnegara.

Publik pun menunggu apakah Indofood akan mengambil langkah proaktif untuk menghindari insiden serupa, atau justru kembali terseret dalam pusaran kontroversi pangan internasional.**”

Bogor

Pemdes Pasir Jaya Realisasikan Bantuan Keuangan Infrastruktur Desa Tahun Anggaran 2025

BERIMBANG.COM, Bogor – Pemerintah Desa (Pemdes) Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, bergerak cepat melaksanakan Launching dalam merealisasikan Bantuan Keuangan Infrastruktur Desa Tahun Anggaran 2025. dengan melakukan Empat (4) titik kegiatan Pembangunan Infrastruktur diwilayahnya.

Pantauan Berimbang.com, Dilaksanakannya Launching tersebut yang langsung dihadiri Camat Cigombong dan jajaran, Kepala Desa Pasir Jaya, Babinsa, Babinmas, LPM, BPD, Serta TPK Desa Pasir Jaya, yang bertempat dilokasi pembanguna jalan, kamis (11/9/2025)

Sementara itu, Kepala Desa Pasir Jaya, H. Suhanda Hendrawan yang seringa disapa Kades Atok menyampaikan, dengan turunnya Bantuan Keuangan Infrastruktur Desa Tahun Anggaran 2025. Pihaknya langsung merealisasikannya bantuan tersebut untuk empat titik pembangunan.

Lanjut Kades Atok menjelaskan, pembangunan Infastruktur tersebut yang saat ini dikerjakan seperti Betonosasi Jalan Desa di Kampung Palalangon, RW 004, volume pengerjaan 500m x 2m x 0,10m, dengan anggaran 250.000.000, waktu pengerjaan 21 Hari, Betonisasi Jalan Desa di Kampung Pasir Menjul RW 002, volume pengerjaan 1000m x 1.2m x 0,10m, dengan anggaran 250.000.000 waktu pengerjaan 30 Hari, Betonosasi Jalan Desa di Kampung Loji, RW. 005, volume Pengerjaan 1000m x 1,2 m x 0,10 m, dengan anggaran 250.000.000, Waktu Pengerjaan 30 Hari, dan Pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT) TPU di Kampung Loji RW. 009, volume pengerjaan, 150m x 2-3 m x 0,30 m, dengan anggaran 250.000.000, Waktu Pengerjaan 30 Hari. Untuk proses dan teknik pengerjaan pembangunan tersebut dilaksanakan oleh TPK Desa dan Masyarakat.

“Terealisasinya pembangunan infrastruktur ini sangat penting untuk mendukung akses mobilisasi dan aktivitas masyarakat, dan kami juga berharap masyarakat juga dapat menjaga dan merawat jalan yang sudah dibangun karena ini merupakan kepentingan kita bersama,” jelasnya.

 

(Na)

Nasional

Kuota Haji Jadi Ladang Dagang: KPK Selidiki Jual Beli Kursi Rp400 Juta

Jakarta, Berimbang.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah mengusut dugaan praktik korupsi dalam distribusi kuota haji. Informasi yang dihimpun, ada agen travel yang menawarkan calon jemaah bisa langsung berangkat tanpa antrean dengan tarif fantastis, mencapai Rp300-400 juta per orang.

Plt. Deputi Penindakan KPK, Asep Guntur Rahayu, mengungkapkan kuota haji tambahan tersebut diduga dialirkan melalui jalur haji khusus. Uang dari penjualan kuota kemudian disebut mengalir ke oknum pejabat di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag).

“Sedang kami dalami. Indikasinya, ada pihak yang memperjualbelikan kuota haji khusus dengan janji bisa berangkat tanpa antrean,” kata Asep di Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Padahal, antrean haji reguler bisa mencapai 20 hingga 30 tahun, sementara haji khusus sekalipun tetap memiliki antrean sekitar 1–2 tahun. Celah inilah yang diduga dimanfaatkan oknum dengan bekerja sama dengan agen travel.

Modusnya, calon jemaah diminta membayar lebih mahal agar bisa langsung berangkat tanpa harus menunggu. “Kami masih menelusuri siapa saja pihak yang terlibat dalam praktik ini,” tambah Asep.

KPK menegaskan akan memanggil sejumlah pihak terkait, baik dari kalangan travel maupun pejabat di Kemenag. Jika terbukti, kasus ini berpotensi menyeret nama-nama besar di tubuh birokrasi penyelenggara ibadah haji.***

Bogor

Atap SMKN 1 Cileungsi Ambruk, Puluhan Siswa Jadi Korban: Alarm Bahaya Infrastruktur Pendidikan

Bogor, Berimbang.com – Dunia pendidikan kembali dikejutkan dengan insiden tragis. Atap bangunan SMKN 1 Cileungsi, Desa Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, ambruk pada Rabu (10/9/2025) sekitar pukul 09.15 WIB. Akibat peristiwa ini, sedikitnya 30 siswa mengalami luka-luka dan harus dilarikan ke Radjak Hospital Cileungsi.

Informasi di lapangan menyebutkan, bagian atap yang runtuh meliputi aula 1, aula 2, aula 3, serta satu ruang kelas. Saat kejadian, puluhan siswa tengah berada di lokasi hingga tertimpa material bangunan.

“Begitu terdengar suara runtuhan, siswa langsung berhamburan. Guru dan petugas segera mengevakuasi korban yang terluka ke rumah sakit,” ungkap salah seorang saksi di lokasi.

Hingga berita ini diturunkan, kerugian materiil masih dalam proses pendataan. Aktivitas belajar mengajar dihentikan sementara untuk memastikan keamanan seluruh bangunan sekolah.

Selain evakuasi korban, petugas juga berkoordinasi dengan PLN guna memutus aliran listrik di area terdampak untuk menghindari potensi korsleting.

Insiden ini memunculkan sorotan tajam terhadap kondisi infrastruktur pendidikan di daerah. Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor bersama instansi terkait diminta segera melakukan pemeriksaan menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang. Pemerintah daerah pun didesak bergerak cepat menyediakan ruang belajar sementara, agar hak siswa untuk mendapatkan pendidikan tidak terabaikan.

Peristiwa di SMKN 1 Cileungsi ini menjadi pengingat serius bahwa keselamatan siswa di sekolah seharusnya menjadi prioritas utama, bukan sekadar catatan administratif dalam laporan pembangunan.

Yosef Bonang

 

Bogor

Siswa Lebih Nyaman,TFJ Muarajaya Renovasi Madrasah di Kampung Nagrog

Bogor– PT Tirta Fresindo Jaya (TFJ) Muarajaya, bagian dari Mayora Group, kembali menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat sekitar. Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan itu merenovasi Madrasah Diniyah (MD) Tarbiyatul Ilmi di Kampung Nagrog, Desa Ciadeg, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor.

Perbaikan fasilitas pendidikan ini dilakukan setelah kondisi bangunan madrasah dinilai tidak lagi layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

“Bangunan madrasah ini memang mengalami kerusakan. Renovasi kami lakukan agar proses belajar tetap berjalan nyaman sesuai harapan warga,” ujar DH IRGA PT TFJ Plant Muarajaya, Maria Ditriani, Rabu, 10 September 2025.

Maria menjelaskan, sebelum bantuan diberikan, tim CSR terlebih dahulu melakukan verifikasi di lapangan. Hal ini untuk memastikan sasaran program benar-benar tepat.

Senada, Factory Manager TFJ Muarajaya, Wahyudi Ari, menyebutkan bahwa program CSR perusahaan tidak hanya fokus pada pendidikan. Berbagai kegiatan sosial juga rutin digelar, mulai dari bedah mushola, pengasapan (fogging) kesehatan, dukungan bagi UMKM, hingga penanaman ribuan pohon untuk menjaga kelestarian lingkungan.

“Kami berharap renovasi ini membawa manfaat bagi siswa dan guru, sehingga mereka lebih nyaman menjalani aktivitas belajar mengajar,” kata Wahyudi.

Ucapan syukur pun datang dari pihak pengelola. Ustadz Nanang, yang selama ini merawat madrasah tersebut, mengaku sangat terbantu dengan adanya renovasi.

“Alhamdulillah, sekarang kami tidak lagi khawatir jika hujan turun. Kondisi madrasah sudah jauh lebih baik. Terima kasih kepada TFJ Muarajaya atas kepeduliannya,” tutur Nanang.

Renovasi ini menegaskan komitmen TFJ Muarajaya untuk terus hadir dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar.

Yosef Bonang

Daerah

Rp33,23 Miliar untuk Gubernur Jabar: Gaji, Tunjangan, dan PPh Ditanggung Rakyat

Berimbang.com – Pemerintah Provinsi Jawa Barat resmi mengalokasikan anggaran sebesar Rp33,23 miliar untuk membiayai gaji pokok, tunjangan, serta kebutuhan operasional Gubernur Dedi Mulyadi dan Wakil Gubernur Erwan Setiawan pada tahun 2025.

Yang menarik (dan menuai tanda tanya), pajak penghasilan (PPh Pasal 21) atas gaji tetap keduanya tidak ditanggung pribadi, melainkan dibayar menggunakan uang negara.

Alokasi fantastis tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2025 tentang Perubahan Kelima Atas Pergub Jawa Barat Nomor 30 Tahun 2025 mengenai Penjabaran APBD.

Dari total Rp33,23 miliar, porsi terbesar justru berada pada dana operasional sebesar Rp28,8 miliar. Sementara untuk gaji pokok dan tunjangan Gubernur-Wakil Gubernur hanya sekitar Rp2,21 miliar.

Rincian Gaji dan Tunjangan 2025

  • Gaji pokok Gubernur: Rp75.600.000
  • (Rincian tunjangan dan komponen lain masih tercatat dalam dokumen resmi Pemprov Jabar)

Dengan struktur anggaran demikian, publik kembali dihadapkan pada ironi: beban rakyat justru dipakai bukan hanya untuk menggaji pejabat, melainkan juga untuk membayar pajak pribadi mereka.***

 

Nasional

BEM UI Kepung DPR, Kritik Prabowo: “Kalau 17+8 Masuk Akal, Anda Gagal Memimpin”

Berimbang.com, Jakarta – Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus kembali menggelar aksi unjuk rasa bertajuk #RakyatTagihJanji di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9/2025).

Pantauan di lokasi hingga pukul 17.00 WIB, massa aksi masih bertahan dengan membawa bendera dan spanduk berisi kritik, salah satunya bertuliskan “Makzulkan Gibran, Tolak Dinasti Jokowi.”

Mayoritas peserta aksi berasal dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka berorasi secara bergantian dari atas mobil komando menggunakan pengeras suara.

Aksi tersebut membuat arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto tersendat. Dari empat lajur, hanya satu lajur yang dapat dilintasi kendaraan. Polisi tampak sibuk mengatur arus menuju Slipi dan Grogol agar tidak terjadi kemacetan parah.

Kritik ke Prabowo Soal 17+8

Salah satu isu utama yang diangkat mahasiswa adalah tuntutan 17+8, yang sebelumnya telah dikomentari Presiden Prabowo Subianto.

Prabowo menyebut sebagian dari 17+8 tuntutan rakyat itu masuk akal, sementara sebagian lain masih membutuhkan perundingan lebih lanjut.

Pernyataan tersebut mendapat respons keras dari mahasiswa.

Kepala Departemen Kajian Strategis BEM UI, Diallo Hujanbiru, menyebut komentar Presiden justru menunjukkan kelemahan kepemimpinan.

“Jika tuntutan ini kolektif dari masyarakat, tidak ada kata tidak masuk akal. Saat dia mengatakan ada yang masuk akal, berarti dia mengakui gagal, lalai, dan tidak pantas memimpin negeri ini,” ujar Diallo.

Ia menegaskan, poin-poin dalam 17+8 merupakan realitas yang dihadapi rakyat.

“Banyak teman-teman meninggal karena kelaparan, banyak yang stunting, banyak yang di-PHK, dan banyak yang meninggal saat aksi. Itu semua nyata dan harus segera dituntaskan,” katanya.

 

Nasional

BEM UI Desak Purbaya Dicopot: “Baru Sehari Menjabat, Sudah Sakiti Rakyat”

JAKARTA – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) mendesak Presiden RI Prabowo Subianto segera mencopot Purbaya Yudhi Sadewa dari kursi Menteri Keuangan. Desakan itu disampaikan dalam aksi orasi di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/9).

Kepala Departemen Kajian Strategis BEM UI, Diallo Hujanbiru, menegaskan pernyataan Purbaya terkait tuntutan rakyat 17+8 dinilai sangat kontroversial dan melukai hati masyarakat.

“Baru satu hari dia menjabat sebagai menteri sudah langsung menyampaikan pernyataan yang luar biasa mengecewakan, menyakitkan bagi masyarakat karena mengecilkan suara rakyat,” kata Diallo.

Menurut BEM UI, Presiden Prabowo telah salah memilih pengganti Menkeu. Mereka menilai Purbaya gagal menunjukkan empati terhadap penderitaan rakyat yang menjadi dasar lahirnya gerakan 17+8.

“Dia mengecilkan penindasan yang dialami rakyat. Dia mengecilkan setiap tuntutan, padahal tuntutan ini lahir karena ada pembunuhan, perampasan hak, dan ketidakadilan. Kalau begini, lebih baik mundur saja,” tegasnya.

Meski demikian, BEM UI juga menegaskan aksi mereka bukan sekadar menolak figur, melainkan memperjuangkan kepekaan pemerintah terhadap aspirasi rakyat.***

Nasional

Gaji dan Tunjangan Guru Hilang di RUU Sisdiknas, PGRI: Kemunduran Besar!

JAKARTA, BERIMBANG.com – Polemik kembali mencuat dari pembahasan Revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) yang sedang digodok DPR bersama pemerintah. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Unifah Rosyidi, menilai RUU tersebut menjadi kemunduran besar lantaran klausul terkait gaji dan tunjangan guru justru dihapus dari batang tubuh aturan baru itu.

“Bayangkan, gaji dan tunjangan guru yang sudah diatur dalam UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 malah hilang di RUU Sisdiknas. Ini menunjukkan negara tidak lagi menempatkan guru sebagai profesi istimewa,” ujar Unifah, Senin (8/9/2025).

Menurutnya, absennya klausul kesejahteraan guru tersebut memperlihatkan sikap inkonsisten pemerintah. Padahal, gaji dan tunjangan adalah isu krusial yang menentukan masa depan profesi guru.

Guru Dianggap Beban

Unifah mengungkapkan, PGRI sudah menyampaikan masukan dalam beberapa kali rapat pembahasan RUU. Namun, tak ada respons berarti dari pemerintah maupun DPR.

“Bisa dilihat, para petinggi ini memandang guru bukan lagi aset, melainkan beban karena nilai anggarannya dianggap besar,” tegasnya.

Kondisi ini, lanjutnya, membuat profesi guru semakin tidak diminati generasi muda. Berdasarkan survei internal PGRI, hanya 11 persen anak muda yang tertarik menekuni profesi guru.

Ancaman Serius Bagi Masa Depan Pendidikan

Unifah menilai, bila kesejahteraan guru terus diabaikan, maka kualitas pendidikan Indonesia terancam stagnan. “Kalau guru saja tidak dihargai, bagaimana mungkin kita berharap ada masa depan pendidikan yang cerah?” katanya.

PB PGRI mendesak pemerintah dan DPR segera meninjau ulang draf RUU Sisdiknas, serta memastikan pasal-pasal soal gaji dan tunjangan guru tetap masuk sebagai bagian fundamental dari regulasi pendidikan nasional.***

Jakarta

BEM Nusantara Wilayah DKI Jakarta Akan Gelar Aksi dan Undang Presiden serta Ketua DPR RI untuk Diskusi Terbuka

BERIMBANG.com, Jakarta – Aliansi BEM Nusantara Wilayah DKI Jakarta kembali menyuarakan keresahan rakyat melalui rangkaian aksi bertajuk “Merdeka Untuk Siapa?” yang digelar sejak 16 Agustus 2025. Aksi ini melibatkan sejumlah universitas di Jakarta, di antaranya Universitas Krisnadwipayana, Universitas Jayabaya, Universitas Ibnu Chaldun, Universitas Bina Insani, Universitas Indraprasta PGRI, Universitas Bhayangkara, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro, Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM dan Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam.

Koordinator Daerah BEM Nusantara Wilayah DKI Jakarta, Piere A.L Lailossa, menegaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk konsistensi mahasiswa dalam mengawal reformasi agar benar-benar tuntas. “Kami turun ke jalan bukan hanya untuk simbolisasi, tetapi menyampaikan keresahan dan tuntutan terkait penyelenggaraan pemerintahan yang masih jauh dari cita-cita reformasi,” ujarnya.

Rangkaian aksi tersebut diwarnai dengan beberapa agenda penting, seperti aksi simbolik Aliansi BEMNUS DKI Jakarta pada 16 Agustus, aksi mandiri BEM Universitas Indraprasta PGRI pada 25 Agustus, aksi besar Aliansi BEMNUS DKI Jakarta pada 28 Agustus, aksi mandiri dari BEM Universitas Ibnu Chaldun, Universitas Jayabaya, dan Universitas Bhayangkara pada 29 Agustus 2025, serta Aksi simbolik BEM IBI Kosgoro pada 1 September 2025 di jalanan.

Namun, mahasiswa menilai sikap pemerintah begitu takut dan belum sepenuhnya membuka ruang dialog inklusif. Berangkat dari hal tersebut, mereka kemudian melayangkan surat undangan diskusi terbuka kepada Ketua DPR-RI dan Presiden-RI untuk berdiskusi di jalan secara setara dan inklusif bersama mahasiswa.

“Kami mengapresiasi kawan-kawan mahasiswa yang sudah diberi kesempatan untuk berdialog, namun pada saat yang sama kami mengecam keras sikap pemerintah yang cenderung selektif sehingga menciptakan ruang diskusi yang terlalu eksklusif. Oleh karena itu, kami melayangkan surat undangan diskusi terbuka ini, agar terciptanya ruang diskusi yang inklusif antara penguasa dengan rakyat dan mahasiswa,” tegas Muhammad Kafi, Sekretaris Daerah BEM Nusantara Wilayah DKI Jakarta.

“Memang benar, pengurus pusat kami telah hadir untuk berdialog dengan pemerintah. Namun, hingga kini belum ada kepastian mengenai kapan tuntutan-tuntutan tersebut akan dikabulkan. Bahkan, masih banyak aspirasi dari kami yang belum sempat tersampaikan. Oleh karena itu, kami menegaskan perlunya diskusi yang lebih sering, terbuka, dan inklusif antara Presiden RI, DPR RI, bersama rakyat dan mahasiswa,” tegas Piere A.L. Lailossa.

BEM Nusantara Wilayah DKI Jakarta secara resmi mengundang Presiden Republik Indonesia dan Ketua DPR RI untuk hadir langsung berdialog bersama mahasiswa dalam Diskusi Terbuka di jalanan yang akan digelar pada:
– Waktu: 15 September 2025 (Hari Demokrasi Sedunia)
– Tempat: Kawasan Patung Kuda Monas, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat
– Agenda: Diskusi terbuka antara Pemerintah, DPR RI, dan Mahasiswa

Dengan tema perjuangan #Merdeka100% dan #TuntaskanReformasi, BEM Nusantara Wilayah DKI Jakarta menegaskan komitmen mereka untuk terus mengawal demokrasi yang sehat dan transparan.***