Berimbang.com – Bandung. Ketegangan antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat semakin memuncak. PWNU Jabar menggagas aksi istighosah akbar sebagai bentuk protes spiritual terhadap kebijakan Gubernur Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang dinilai otoriter, diskriminatif, dan merugikan pendidikan pesantren serta sekolah swasta.
Dalam rapat koordinasi yang digelar Jumat (25/7/2025) di Gedung Dakwah PWNU Jabar, Bandung, PWNU bersama seluruh PCNU kabupaten/kota menyepakati langkah simbolik dan strategis: menggelar istighosah berjamaah di depan Gedung Sate. Aksi doa bersama ini bukan sekadar ritual, melainkan bentuk perlawanan konstitusional yang sarat makna.
“KDM membuat kebijakan sepihak tanpa mendengar suara rakyat, tanpa melibatkan ormas, pesantren, atau lembaga pendidikan. Ini bentuk ketidakadilan yang nyata,” tegas Sekretaris PWNU Jabar, KH Aceng Amrullah.
Kebijakan yang Dinilai Kontroversial dan Merugikan
Berbagai pihak di lingkungan NU mengkritik keras kebijakan KDM, antara lain:
- Penghapusan hibah untuk pesantren
- Pemangkasan Bantuan Pendidikan Menengah Umum (BPMU) sekolah swasta
- Sistem sekolah lima hari dengan jam masuk pukul 06.30 WIB
- Syarat bantuan sosial dengan prosedur vasektomi yang dinilai tidak manusiawi
Ketua PW Pergunu Jabar, Dr Saepuloh, bahkan menuding ada indikasi pengalihan dana Rp1,2 triliun ke proyek mebel dan ruang kelas sekolah negeri, dengan mengorbankan eksistensi sekolah swasta dan pesantren.
“Ini kebijakan yang sangat mencurigakan dan berpotensi mengikis sistem pendidikan keagamaan di Jawa Barat,” ujarnya tajam.
Seruan Aksi Konstitusional dan Jalur DPRD
Ketua PCNU Garut, KH Atjeng Abdul Wahid, menyebut gaya kepemimpinan KDM sebagai “kumaha aing” yang anti-musyawarah. Sementara Ketua PCNU Sumedang, Kang Idad Istidad, mendorong penggunaan hak interpelasi DPRD sebagai jalur hukum untuk menuntut pertanggungjawaban Gubernur KDM.
Kritik Etika dan Moralitas
PWNU juga menyoroti sisi etika dalam kepemimpinan KDM. Prof Yusuf dari PWNU mengungkap tragedi dalam hajatan anak KDM yang diklaim sebagai “makan gratis” namun justru menelan korban jiwa. Kritik terhadap kejadian tersebut, menurutnya, dibungkam dengan buzzer bayaran.
“Ini bukan sekadar kebijakan gagal, tapi juga krisis moral dalam kepemimpinan,” kecamnya.
Perlawanan Spiritual: Doa Menjadi Senjata
Ketua LP Ma’arif NU Jabar, Dr Ifa Faizah Rohmah, mengajak seluruh warga Nahdliyin untuk bersatu dalam istighosah berjamaah sebagai kekuatan spiritual melawan ketidakadilan.
“Doa adalah senjata kami. Kami akan melawan kebijakan zalim ini dengan kekuatan spiritual dan jalur konstitusional,” serunya.
NU Bergerak: Dari Spiritualitas ke Aksi Konkrit
Dengan semangat membara, PWNU dan PCNU se-Jabar menyatakan tekad bulat: melindungi pendidikan pesantren, menjaga keadilan sosial, dan memastikan kebijakan tidak dijalankan secara sepihak.
Rencana istighosah akbar di depan Gedung Sate disebut-sebut akan digelar dalam waktu dekat dan diprediksi akan mengundang ribuan jamaah sebagai simbol perlawanan damai dari warga NU terhadap dominasi kekuasaan yang dinilai menyimpang.***