Kisah Samin (67) Memikul Gerobak Mengais Rejeki Menjajakan Cuanki Bakso
BERIMBANG.com – Samin (67) asal Desa Sadeng, Kecamatan Lewisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang harus menanggung beban hidup keluarga beserta dua cucu, ia mengais rejeki dengan memikul dua gerobak dibahunya menjual produk makanan berkuah cuanki, baso dan tahu putih,
Gerobak beserta perlengkapan mangkuk, sendok, garpu, botol isi ulang penyedap rasa dan produk makanan, juga bumbu yang Samin pikul bukan miliknya atau bukan modal sendiri, ia hanya mengandalkan tenaga. Usai menjajakan dagangan, dirinya harus setoran sesuai yang terjual.
Samin, satu diantara 20 pedagang pikul keliling produk baso cuanki yang hanya bermodal tenaga. Disediakan oleh pemodal sebagai bosnya, yang juga menyiapkan mes atau tempat tinggal sementara sekaligus tempat menaruh gerobak, serta stok produk, di Bojonggede Kabupaten Bogor, juga kediaman bosnya.
Pengakuan Samin, produk makanan cuanki itu dibeli bosnya dari Bandung, tidak memproduksi sendiri, menurutnya rasa berbeda.
Mengais rejeki dengan memikul dua gerobak dibahu, Samin tidak ada pilihan. Sebelumnya berdagang roti keliling, hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga, lalu ia beralih menjual makanan siap saji dimangkuk berkuah “Bakso cuanki”.
Agar tetap panas kuah yang disajikan, dalam satu gerobak khusus menaruh kompor berbahan bakar minyak tanah, bukan kompor gas. Dan satu gerobaknya untuk menaruh stok cuanki, baso, dan tahu, serta bumbu-bumbu penyedap rasa lainnya yang harus ia pikul berkeliling.
“Yang disediakan bos pakai kompor minyak tanah,” kata Samin, sepengetahuannya memakai kompor minyak tanah lebih irit, “Kalau pakai kompor gas gak nutup (tidak ada untung),” ucapnya.
Kebersihan gerobak yang ia pikul selalu terjaga, “Kalau pagi saya bersihin gerobak ini, kalau gak dibersihkan suka bau (tak sedap) apalagi habis hujan pasti kotor,” katanya. Bumbu yang harus dibeli sama, melalui bosnya yang telah disiapkan, “Terus meracik bumbu (khusus cuanki),” katanya.
Selepas Ashar atau sekira jam 15.30 WIB, Samin memulai mengais rejeki berangkat memikul dua gerobak dibahunya, berkeliling mencari penggemar baso cuanki, itupun dibatasi jarak tempuh perjalanan sesuai dengan kemampuan fisik diusianya.
Samin menyasar pembeli penggemar cuanki didaerah Bojonggede, Desa Bojong baru, Kabupaten Bogor yang tidak jauh dari mes, “Kejauhan nanggungnya (memikul dua gerobak), cape,” kata Samin. Waktu berjualan ia membatasi, “Paling sampai jam 11 (23.00 WIB), tergantung ramainya pembeli, kadang jam 12 (24.00 WIB),”
Masa pandemi COVID-19 yang beresiko terpapar, tidak mengendorkan semangat tanggung jawab Samin menafkahi keluarga mengais rejeki dengan memikul dua gerobak dibahunya, walau keluhan sepi pembeli menghiasi disela ceritanya.
“Belum ada Covid ramai (dagangannya), sekarang beda, bisa setengahnya yang beli, tapi jalani aja, alhamdulalih ada aja yang beli mah,” kata Samin, yang selalu bersyukur.
Omset dagangan Samin, bisa mencapai 500ribu itu pun kalau habis. Setelah setoran hasil yang ia terima setiap harinya tidak menentu, “Namanya dagang, kalau lagi habis, ya bisa ada lebih 100ribu, kalau lagi sepi 50ribu, alhamdulilah,” terangnya,
Penghasilannya itu tanpa dibarengi order online, bahkan ia tidak mempunyai hape, “Kalau punya.. kan harus di isi pulsa, nambah pengeluaran, bisa habis lebihnya,” katanya, yang hanya mengandalkan penjualan langsung.
Diusianya yang telah senja Samin harus menafkahi istri dan dua cucunya. Kisah cucu Samin yang harus ditanggung karena menantu atau suami anaknya telah meninggal dunia, ia merasa bertanggung jawab untuk menafkahi anak dan cucunya itu.
Selama dua pekan Samin bisa mengumpulkan uang satu juta sampai 1,5 juta, ia pun harus pulang ke Lewisadeng, memberi uang belanja dan biaya kebutuhan cucunya yang masih sekolah dasar dan dipondok pesantren.
“Selama dua minggu, istri saya kasih satu juta, alhamdulilah cukup,” kata Samin, sisanya ia sisihkan untuk kebutuhan sekolah cucunya, “Kadang 500 buat biaya anak yang SD dan yang lagi pesantren,”
Pulang kekampung dimanfaatkan Samin untuk rehat dan bercengkrama menemani keluarga, paling lama 5 hari. Kemudian ia harus kembali ke Bojonggede, menggendong dua gerobak dibahunya.
Mengais rejeki dengan memikul dua gerobak dibahunya, dijalani Samin lebih dari 10 tahun, Bantuan sosial atau Bansos apapun selama pandemi COVID-19 dari pemerintah, tidak pernah ia dapatkan, apalagi pemberdayaan pemerintah bagi usaha ultra mikro seperti dirinya.
Anggaran penanganan terdampak pandemi COVID-19 di Kabupaten Bogor seperti Kesehatan, Dampak Ekonomi, Jaring Pengaman, Samin tidak pernah mendapatkannya, “Gak ada,” katanya, dengan mimik bingung ia malah balik bertanya, “Emang ada,”
Bantuan sosial yang pernah ia dapatkan hanya beras, itu pun sebelum ada COVID-19 dua tahun yang lalu, “Pernah dulu ada 10 liter beras, Setelah ada Covid gak dapat,” kata Samin.
Samin yang selalu bersukur dengan kondisi tubuhnya yang selalu sehat, “Alhadulilah sehat, paling sakit lutut,” kata Samin. Vaksin COVID-19, “Belum pernah, yang penting sehat bisa usaha,” ujarnya.
Seperti diketahui, dilansir situs Kabupaten Bogor pada April ditahun 2020 mengalokasikan anggaran terdampak COVID-19 sebesar Rp 384 milyar lebih, dengan program refocusing anggaran untuk optimalisasi penanganan covid-19.
Ketua Bappeda Kabupaten Bogor yang masih dijabat Syarifah Sofiah, pada April 2020 menjelaskan anggaran untuk penanganan kesehatan senilai Rp191.050.108.590, penanganan dampak ekonomi sebesar Rp 4.028.000.000, dan anggaran jaring pengamanan sosial sebesar Rp188.994.600.000,-
Namun anggaran tersebut dibulan Agustus 2020, hanya terserap setengahnya, “Evaluasi serapan anggaran COVID sudah hampir 50 persen,” kata Bupati Bogor, saat koordinasi daya serap anggaran penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi (31/8/2020), dikutip berimbang dari Antaranews.com
Hingga bulan Desember, dalam laman resmi Kabupaten Bogor menyoroti realisasi anggaran program prioritas tahun 2020, kala itu waktu efektif pelaksanaan tinggal 16 hari lagi sampai dengan 23 Desember.
“Seluruh kepala perangkat daerah, saya perintahkan untuk melakukan pengawasan ketat pelaksanaan dan proses pencairannya setiap hari, bahkan kalau bisa tiap jam,” kata Bupati Bogor Ade Yasin, kala itu.
Kemudian pada Desember 2020, Ade Yasin meminta kepada Kadiskop UMKM dan Kadisnaker, agar segera merealisasikan bantuan Bansos, UMKM dan untuk korban PHK, dengan ekstra hati-hati dalam proses penyalurannya dan pengadministrasiannya.
Kembali ke Samin, dari sekian banyak anggaran, hingga tulisan ini terbit, Samin selaku pedagang yang memikul beban gerobak dibahunya berkeliling setiap hari menjajakan produk makanan cuanki, ia tidak pernah mendapatkan bantuan penanganan penanganan dampak COVID-19.
“Pernah dimintai KTP dan KK (didesanya), tapi gak ada (tak pernah dapat bantuan dari anggaran penanganan terdampak COVID-19 _Red)” katanya, yang mempunyai harapan membuka warung dengan sendiri, “Gak ada modal,” katanya lirih, Jumat malam, 22/10/2021.
Keterangan foto: Samin memikul dua gerobak keluar dari halaman rumah penduduk, usai melayani pembeli. (22/10/2021)TYr.
(Tengku Yusrizal)