Penulis: admin berimbang

Jelajah Desa

Akibat Perkelahian Antar Pemain Bola, Pemain Laporkan Ke Polisi,Turnamen Tugujaya DiBatalkan.

BERIMBANG.com,Cigombong – Turnamen sepak bola antar kampung bertajuk Tugujaya Cup Di Desa Tugujaya kecamatan Cigombong kabupaten Bogor berakhir ricuh beberapa minggu lalu. Pertandingan antara tim Kampung Citugu dan Cibogo berubah menjadi perkelahian antar pemain. Salah satu korban dari tim Citugu mengaku dipukul dan memilih melapor ke polisi.kamis( 26/25)

Insiden terjadi saat pertandingan babak kedua berjalan beberapa menit. Adu mulut antar pemain merembet ke aksi saling dorong hingga pemukulan. Suasana pun makin tak terkendali.

Panitia pertandingan dinilai gagal mengendalikan situasi. Tidak ada pengamanan, tidak ada mediasi cepat. Bahkan, saat kondisi makin memanas, panitia memilih menghentikan turnamen.

“Pertandingannya diliburkan dulu,” ujar salah satu panitia kepada wartawan.

Keputusan ini menuai kritik. Warga menilai panitia tidak siap menggelar kompetisi skala desa yang melibatkan dua kampung besar.

“Kalau hanya bisa bilang diliburkan, itu namanya lari dari tanggung jawab,” kata salah satu tokoh pemuda Citugu.

Yang lebih disorot adalah sikap Kepala Desa Tugu Jaya. Saat konflik terjadi, warga menilai kades tidak bisa menyelesaikan masalah tampil sebagai penengah.

“Padahal ini konflik warga sendiri. Tapi kepala desa terkesan diam. Harusnya hadir dan jadi jembatan perdamaian, bukan hanya menonton,” lanjut sumber tersebut.

Salah satu korban, yang merupakan pemain dari Kampung Citugu, telah membuat laporan ke pihak kepolisian. Ia merasa tidak mendapat perlindungan dan keadilan jika masalah ini hanya diselesaikan secara adat.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Kepala Desa maupun panitia terkait kelanjutan Tugujaya Cup dan penanganan kasus ini.

(Abah Salawasna)

Jabodetabek

Pejabat Tidak Transparan, WhatsApp Wartawan Diblokir Kasat Pol PP Depok

Oleh: Juli Efendi

BERIMBANG.com, Depok – Di tengah semangat reformasi birokrasi dan tuntutan keterbukaan informasi publik, sikap Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasat Pol PP) Kota Depok, Dede Hidayat, menjadi ironi yang menyakitkan. Bukannya menjadi garda terdepan dalam menegakkan aturan dan menertibkan pelanggaran, Dede justru menunjukkan perilaku yang bertolak belakang dengan semangat pelayanan publik: menutup komunikasi dengan media, bahkan sampai memblokir WhatsApp wartawan.

Ini bukan sekadar masalah pribadi. Ini adalah persoalan integritas jabatan dan tanggung jawab moral seorang pejabat publik. Ketika bangunan liar menjamur di depan mata—yang seharusnya menjadi prioritas penindakan Satpol PP—justru dibiarkan tanpa tindakan tegas. Bahkan, saat para jurnalis mencoba mengonfirmasi dan menanyakan tindak lanjut dari bangunan-bangunan liar tersebut, tidak ada respons. Bukan hanya diam, tapi akses komunikasi pun diputus. WhatsApp wartawan diblokir, seolah kritik dan pertanyaan adalah ancaman.

Perilaku seperti ini mencerminkan ketertutupan dan ketidakprofesionalan. Bukankah pejabat publik dibayar oleh rakyat dan berkewajiban melayani kepentingan publik, bukan malah bersembunyi di balik tembok kekuasaan? Jika keberadaan media sebagai pilar keempat demokrasi saja diabaikan, bagaimana mungkin publik bisa berharap adanya transparansi dan akuntabilitas?

Bangunan liar bukan sekadar persoalan fisik. Ia simbol dari pembiaran, ketidaktegasan, dan dugaan praktik tak sehat yang mengendap di balik meja birokrasi. Ketika lembaga penegak Perda pun bersikap lunak atau bahkan tidak bersuara, masyarakat patut curiga: apakah ada kompromi di balik pembiaran tersebut?

Kasat Pol PP Depok semestinya memberikan klarifikasi terbuka, bukan justru memblokir komunikasi. Jika wartawan pun dibungkam, maka suara rakyat telah dibunuh dalam diam. Kita butuh pejabat yang hadir, bukan yang bersembunyi. Kita butuh aparat yang menegakkan aturan, bukan yang memilih bungkam dan lari dari tanggung jawab.

Kota Depok pantas mendapatkan pemimpin yang transparan, responsif, dan berani menghadapi kritik. Bukan pejabat yang alergi pada pertanyaan dan memilih memblokir kebenaran.

Depok

Penertiban Bangunan Liar di Juanda Mandek, Ada Apa dengan Pemkot Depok?

Depok | Berimbangcom — Penertiban bangunan liar (bangli) di Jalan Juanda Depok kembali molor tanpa kejelasan, meski sebelumnya dijadwalkan sudah dibongkar dua hari lalu. Ketidaktegasan Pemerintah Kota Depok dalam menegakkan Peraturan Daerah kembali menuai kritik warga.

Anton Sujarwo, tokoh masyarakat Depok sekaligus pembina Komunitas Arek Malang (Arema), mempertanyakan sikap Pemkot yang dinilai pilih kasih dalam menjalankan aturan.

> “Informasinya dua hari lalu harusnya dibongkar, tapi sampai hari ini tidak ada tindakan. Jangan tembang pilih dong,” tegas Anton kepada wartawan, Rabu (25/6/2025).

Lebih dari sekadar molor, Anton juga menuding adanya praktik tidak sehat di balik mandeknya penertiban. Ia menyebut ada dugaan “bagi-bagi hasil” dari praktik sewa lahan ilegal yang mencapai ratusan juta rupiah di atas jalur pipa gas milik Pertamina.

“Itu lahan berbahaya, tapi dipakai usaha atas dasar bayar sewa ke oknum tertentu. Ini jelas mengandung unsur pidana dan bisa melibatkan pejabat tinggi di Depok,” ujarnya lagi.

Rapat koordinasi terakhir yang digelar Pemkot Depok, dipimpin langsung oleh Pj Sekda Nina Suzana, disebut telah menyepakati penertiban. Namun, keputusan pelaksanaan masih menggantung di tangan Satpol PP Kota Depok.

Hingga berita ini diturunkan, Kepala Satpol PP Dede Hidayat belum memberikan keterangan resmi.

Sementara itu, pihak Pertamina Gas menyatakan siap menertibkan bangunan liar tersebut lantaran berada di atas jalur pipa aktif yang berpotensi membahayakan publik. Bahkan sosialisasi penggusuran telah dilakukan dengan dukungan Kodim Depok.

Yang mengejutkan, sejumlah pemilik bangunan menunjukkan bukti kwitansi sewa lahan ilegal yang ditandatangani Ketua K3D berinisial HF. Nilai sewa bervariasi antara Rp 10 juta hingga Rp 100 juta.

“Saya bayar Rp 10 juta ke HF dan J, tapi ditagih lagi. Saya tolak, apalagi katanya dijamin setahun tidak akan digusur,” ungkap seorang pemilik rumah makan yang enggan disebut namanya.

Kasus ini bukan sekadar soal bangunan liar, melainkan mengarah pada dugaan mafia lahan dan pemalakan publik secara terstruktur. Ketegasan Pemkot Depok kini diuji.

iik

Bogor

Kapolres Bogor Resmi Berganti, AKBP Wikha Ardilestanto Gantikan Rio Wahyu

BERIMBANG com, Bogor – Mabes Polri melakukan rotasi jabatan strategis, salah satunya di Polres Bogor. AKBP Wikha Ardilestanto resmi menggantikan AKBP Rio Wahyu Anggoro sebagai Kapolres Bogor. Mutasi ini tertuang dalam Surat Telegram Kapolri Nomor ST/1422/VI/KEP./2025 yang diteken pada 24 Juni 2025.

Wikha Ardilestanto merupakan lulusan Akpol 2007 dengan rekam jejak prestasi di sejumlah penugasan elit. Sebelum diangkat sebagai Kapolres Bogor, ia menjabat Kasubbag Bungkol Kapolri di Spripim Polri.

Sementara itu, AKBP Rio Wahyu Anggoro dipromosikan menjadi Kabagdalpers Biro SDM Polda Metro Jaya. Promosi ini menjadi bagian dari penyegaran organisasi di internal Polri.

( Yosef)

Daerah

33 SMP Swasta di Depok Kini Gratis! Solusi Gagal Masuk Negeri atau Sekadar Tambal Sulam?

BERIMBANG.COM – Depok | Pemerintah Kota Depok akhirnya merilis program Rintisan Sekolah Swasta Gratis (RSSG) sebagai solusi atas problem klasik: daya tampung SMP negeri yang tak kunjung cukup menampung lulusan SD tiap tahunnya.

Sebanyak 33 sekolah swasta resmi bergabung dalam program ini, ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemkot Depok dan yayasan sekolah masing-masing.

“Ini bentuk komitmen kami agar tak ada anak Depok yang putus sekolah karena tidak lolos negeri atau tidak sanggup bayar sekolah swasta,” ujar Wali Kota Depok, Supian Suri, dalam konferensi pers, Selasa 24 Juni 2025.

Tambal Sulam atau Solusi Sistemik?

Meski tampak menjanjikan, program ini memunculkan pertanyaan: apakah ini solusi jangka panjang atau hanya penambal kebocoran sistem pendidikan di tingkat dasar?

Faktanya, masalah daya tampung sekolah negeri di Depok sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Setiap tahun, ribuan siswa gagal masuk sekolah negeri akibat kuota terbatas dan sistem zonasi yang menyisakan banyak polemik.

Kini, Pemkot berharap 2.500 siswa kelas VII bisa tertampung di sekolah swasta lewat skema gratis ini. Biaya operasionalnya ditanggung pemerintah, namun kualitas tetap menjadi tanggung jawab sekolah dan yayasan pengelola.

“Monitoring dan evaluasi berkala akan kami lakukan untuk memastikan mutu dan pemerataan,” kata Supian lagi.

Daftar 33 SMP Swasta Gratis di Depok

Berikut daftar lengkap sekolah swasta yang tergabung dalam program RSSG:

1. SMPIT Darul Barokah (Jatimulya)

2. SMP Gelora Depok (Grogol)

3. SMP Pelita Dua Depok (Pancoran Mas)

4. SMPIT Al-Yusufiyah (Pengasinan)

5. SMP Islam Al Hasanah (Pancoran Mas)

6. SMP Tarbiyah Islamiyah (Beji)

7. SMP Tirta Jaya (Tirta Jaya)

8. SMP Islam Nusantara (Pancoran Mas)

9. SMP Bina Adzkia (Serua)

10. SMP Islam Cakra Nusantara (Limo)

11. SMPIT As Shof (Kalimulya)

12. SMP Sholihin (Cilangkap)

13. SMP Islam Nurul Hayat (Bojong Pondok Terong)

14. SMP Islam Darul Quran (Bedahan)

15. SMPIT Al Muawwanah (Cimpaeun)

16. SMP La Royba Islamic School (Grogol)

17. SMPIT Misbaahussuduur (Jatimulya)

18. MTs Yayasan Ponpes Depok

19. SMP Cahaya Bangsa Nurul Huda (Tapos)

20. SMP Permata (Pancoran Mas)

21. SMP Islam Hidayatul Islam (Pasir Putih)

22. SMP 20 Mei Raudlatussaadah (Tugu)

23. SMPIT Maulana Abbasyiah (Bojong Pondok Terong)

24. SMP Fajar Plus (Cipayung)

25. SMP PGRI Depok Jaya

26. SMP Islam Arrihlah (Duren Seribu)

27. SMPIT Darus Sholihin (Bedahan)

28. SMP Tunas Bangsa (Kalibaru)

29. MTs Al Hidayah Arco (Duren Seribu)

30. SMP Musa Bhakti (Pengasinan)

31. SMP Karya Putra Bangsa (Cimpaeun)

32. SMP Said Yusuf (Rangkapan Jaya Baru)

33. SMP Hidayatul Athfal (Cinere)

 

Menjawab Kesenjangan atau Mengandalkan Swasta Lagi?

Program ini disebut sebagai langkah awal pemerataan pendidikan berkualitas, namun tak sedikit yang menilai bahwa pemerintah masih terlalu bergantung pada pihak swasta ketimbang memperluas sekolah negeri.

“Kalau terus-menerus swasta yang disuruh menyerap siswa, kapan sekolah negeri dibangun lagi? Jangan sampai negara lepas tangan hanya karena swasta mau diajak kerja sama,” kata seorang pengamat pendidikan lokal yang enggan disebutkan namanya.

Meski demikian, kehadiran sekolah gratis tetap membawa harapan bagi banyak keluarga yang tak mampu membayar biaya pendidikan.

“Yang penting anak saya sekolah, gratis, dan kualitasnya bagus,” ujar Dian, orang tua siswa asal Cimpaeun.

Harapan pun kini bertumpu pada pelaksanaan dan pengawasan program ini agar tak sekadar jadi proyek populis jelang tahun politik.

iik

Jakarta

Rapat Perdana Panitia Kongres PWI 2025: Panitia Satukan Visi, Komit Jaga Netralitas

BERIMBANG.com, Jakarta— Rapat perdana panitia Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) 2025 yang terdiri dari Steering Committee (SC) dan Organizing Committee (OC) resmi digelar di Hall Dewan Pers, Jakarta, Senin (23/6). Agenda ini menjadi titik awal menyatukan langkah dan komitmen menjelang kongres yang akan berlangsung Sabtu, 30 Agustus 2025 di Discovery Ancol, Jakarta.

Dipimpin Ketua SC Zulkifli Gani Ottoh dan Ketua OC Marthen Selamet Susanto, pertemuan ini menegaskan pentingnya menjaga netralitas, kondusivitas, serta martabat organisasi wartawan tertua di Tanah Air.

“Kita semua hadir bukan membawa kepentingan pribadi, tapi mewujudkan kongres yang bermartabat dan mempersatukan,” ujar Marthen dalam sambutannya.

Wakil Ketua OC, Raja Parlindungan Pane, turut menegaskan pentingnya meredam tensi menjelang kongres. “Tidak perlu saling balas pantun di media. Mari kita jaga suasana damai,” ujarnya.

Tema Kongres: Bangkit dan Bersatu

Dalam rapat, tema besar kongres disepakati: “Bangkit dan Bersatu”, mencerminkan tekad bersama untuk memperkuat eksistensi dan soliditas organisasi.

Rapat SC pada keesokan harinya (24/6) memutuskan bahwa fokus utama kongres adalah pemilihan Ketua Umum PWI dan Ketua Dewan Kehormatan PWI. Penetapan peserta kongres diserahkan kepada Hendry Ch Bangun dan Zulmansyah Sekedang, serta akan diperkuat lewat akta notaris.

Terkait masa jabatan Ketua Umum dan syarat pencalonan dari unsur SC dan OC, akan diputuskan melalui forum Tata Tertib Kongres yang dijadwalkan pada 29 Juli 2025.

“Kita serahkan semuanya pada mekanisme yang tertib dan demokratis,” tegas Zulkifli Gani Ottoh.

Pakta Integritas dan Antisipasi Sengketa

Panitia juga menyepakati penyusunan pakta integritas yang wajib ditandatangani semua anggota SC, OC, serta peserta kongres. Sebagai langkah antisipatif, pakta integritas khusus juga akan diberlakukan untuk Ketua Umum terpilih guna menjaga legitimasi hasil kongres.

Rencananya, kongres akan dibuka secara resmi oleh Ketua Dewan Pers dan dihadiri oleh Komisi Digital Dewan Pers (Komdigi) serta Menteri Hukum.

Dewan Pers juga memastikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan yang demokratis dan terbuka.

“Dengan penyamaan visi sejak dini dan seruan menjaga suasana damai, panitia berharap Kongres PWI 2025 akan menjadi titik balik kebangkitan dan persatuan,”***

Jelajah Desa

Pesta Terlarang di Puncak, Saat Kegelapan Menyatu dalam Sunyi Villa

BERIMBANG.com, Bogor – Dalam dinginnya udara dini hari Puncak, ketika kabut masih setia menyelimuti perbukitan Megamendung, sekelompok pria dari berbagai kota justru berkumpul dalam satu vila yang menjanjikan “kehangatan berbeda”. Acara yang dikemas sebagai family gathering itu berakhir dengan sirine, jerit panik, dan ketukan keras aparat yang menggulung semua rencana dalam sekejap.

Sebanyak 75 pria diamankan dalam penggerebekan yang dilakukan oleh jajaran Polsek Megamendung, dipimpin langsung Kapolsek AKP Yulita Heriyanti. Mereka terduga sebagai peserta sebuah pesta seks sesama jenis yang berlangsung di sebuah vila mewah, Minggu (22/6) dini hari.

“Awalnya kami menerima laporan warga tentang aktivitas mencurigakan di salah satu vila,” ujar AKP Yulita saat dikonfirmasi, Senin (23/6). Menurut laporan itu, jumlah kendaraan dan lalu-lalang pria muda dalam pakaian mencolok menimbulkan kecurigaan warga sekitar.

Tak menunggu lama, polisi pun bergerak cepat.

Ketika pintu vila terbuka, suasana riuh berubah menjadi sunyi. Musik berhenti, langkah kaki panik terdengar berhamburan ke berbagai penjuru ruangan. Di beberapa kamar, petugas mendapati benda-benda yang diduga digunakan untuk aktivitas seksual menyimpang dari pelumas hingga sex toys.

Para pria itu bukan penduduk lokal. Mayoritas berasal dari Jakarta, Bekasi, dan kota-kota satelit lainnya. Mereka datang secara terorganisir, melalui jaringan dalam aplikasi pesan instan yang menurut polisi sudah mereka awasi sejak sebulan terakhir.

Pihak Polres Bogor kini telah mengambil alih kasus ini untuk pemeriksaan lebih dalam, termasuk kemungkinan pelanggaran hukum berdasarkan Undang-Undang Pornografi dan ketertiban umum.

Namun di balik aspek hukum, kejadian ini kembali membuka kotak Pandora soal realitas sosial yang kompleks. Diskusi soal orientasi seksual kembali mengemuka, antara hak individu dan moralitas publik, antara privasi dan nilai-nilai masyarakat yang dominan.

(Yosef)

Jelajah Desa

Pramuka Kwarran Cigombong “Terbang” Bareng Dirgantara, Bangkitkan Mimpi Anak Muda

BERIMBANG.com, Cigombong – | Langit bukan lagi sekadar latar, tapi juga inspirasi. Inilah semangat yang coba dibawa Kwartir Ranting (Kwarran) Pramuka Cigombong saat menggelar kegiatan Safari Dirgantara di Lapangan Utama Dulido, Sabtu (21/6). Puluhan Pramuka Penegak dari berbagai Gugusdepan diajak mengenal lebih dekat dunia penerbangan dan kedirgantaraan dengan cara yang seru dan edukatif.

Acara ini bekerja sama dengan Saka Dirgantara Kwarcab Kabupaten Bogor dan menghadirkan materi materi yang dikemas menarik mulai dari pengenalan sejarah TNI AU, dasar navigasi udara, pelatihan baris-berbaris ala Dirgantara, hingga sesi praktik dan permainan edukatif.

Wakil Ketua Kwarran Cigombong, Kak Wawan Gunawan, M.M., menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya soal seragam atau disiplin, tapi juga membuka wawasan dan membangun karakter.
“Kami ingin Pramuka punya impian besar, setinggi langit, dan tetap punya pijakan kuat lewat nilai-nilai kepramukaan,” ujarnya.

Kegiatan ini disambut antusias. Suasana penuh semangat, canda tawa, dan kekaguman terlihat sepanjang kegiatan. Banyak peserta mengaku baru kali ini mengenal lebih dalam soal dunia dirgantara.

“Awalnya saya kira cuma main baris-berbaris biasa. Tapi ternyata seru, banyak hal baru yang kami pelajari,” ujar Aldi, peserta asal Gudep Cigombong.

Safari Dirgantara menjadi bukti bahwa pendidikan bisa hadir dalam bentuk yang menyenangkan dan inspiratif. Dari lapangan sederhana di kaki Gunung Salak, semangat untuk menjelajah langit mulai tumbuh di hati para Pramuka muda.

(Abah Salawasna)

Jelajah Desa

KANNI dan YLBH Pendekar Bersatu, Siap Gugat Desa yang Tutup Data APBDes

BERIMBANG.com, Bogor — Sejumlah desa di Kabupaten Bogor dalam waktu dekat akan menghadapi gugatan hukum terkait dugaan pelanggaran keterbukaan informasi publik. Gugatan itu bakal diajukan oleh dua lembaga advokasi hukum, Komite Advokasi Hukum Nasional Indonesia (KANNI) Kabupaten Bogor dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Pendekar.

Ketua KANNI Kabupaten Bogor, Haidy Arsyad, dan Ketua YLBH Pendekar, Hendra Sudrajat, menyatakan tekadnya untuk membawa kasus tersebut ke Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. “Kami tidak tinggal diam melihat ketertutupan pengelolaan APBDes. Ini uang rakyat, dan rakyat berhak tahu,” kata Haidy kepada Tempo, Jumat, 20 Juni 2025.

Pernyataan itu ia sampaikan usai bertemu Hendra Sudrajat di kantor YLBH Pendekar, Cigombong. Pertemuan berlangsung santai namun penuh tekanan moral terhadap praktik birokrasi desa yang dinilai tertutup dan tidak akuntabel.

Resisten Terhadap Permintaan Data

Menurut Haidar sapaan akrab Hendra banyak pemerintah desa di wilayah Cigombong yang enggan merespons permintaan informasi, khususnya dokumen pertanggungjawaban APBDes tahun anggaran 2022 hingga 2024.

“Kami sudah mengirimkan surat permintaan informasi sesuai prosedur. Tapi tidak ada jawaban. Ini pelanggaran terhadap Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik,” ujar Haidar.

Haidy menambahkan, selain menggugat ke Komisi Informasi, pihaknya tengah menyiapkan laporan hukum lanjutan bila ditemukan indikasi penyalahgunaan anggaran.

Edukasi Hukum sebagai Langkah Awal

KANNI dan YLBH Pendekar tak hanya berencana menggugat. Keduanya juga sepakat meningkatkan kesadaran hukum masyarakat desa. Mereka akan menyelenggarakan penyuluhan hukum dan literasi publik tentang hak warga dalam mengakses informasi pemerintah.

“Kita tidak hanya bergerak secara represif, tapi juga preventif. Masyarakat harus tahu, dana desa bukan milik pribadi kepala desa,” kata Haidar.

Pertemuan kedua lembaga ini dinilai sebagai momentum penting dalam mengawal transparansi desa, terutama di tengah maraknya sorotan publik terhadap pengelolaan anggaran daerah.***

“Kami ingin tata kelola desa berjalan bersih dan terbuka. Bukan hanya slogan, tapi gerakan nyata,” pungkas Haidy.

Berita Utama

Kemacetan Sawangan Kian Brutal, Pemerintah Daerah Dinilai Lamban Tangani Ledakan Mobilitas

Depok, Berimbang.com — Kemacetan di Jalan Raya Sawangan, Kota Depok, kian menggila terutama saat akhir pekan. Warga menyebut kondisi ini bukan sekadar macet rutin, tetapi telah berubah menjadi mimpi buruk berkepanjangan yang tak kunjung disentuh solusi nyata oleh pemerintah.

Barbot (48), seorang warga sekaligus pengendara motor, menggambarkan kemacetan Sawangan sebagai “siksaan panjang yang dimulai sejak Jumat sore hingga malam Minggu”. Menurutnya, arus kendaraan meningkat tajam setiap akhir pekan karena tingginya mobilitas warga menuju kawasan wisata dan pusat perbelanjaan.

“Kalau hari kerja, masih bisa terurai. Tapi Sabtu-Minggu dari jam 9 pagi sampai 10 malam jalanan padat terus. Rasanya kayak terjebak di kota mati,” keluh Barbot saat ditemui di lokasi, Senin (16/6/2025).

Keluhan senada datang dari Jafar (42), pengemudi asal Bojongsari, yang harus menghabiskan hingga dua jam hanya untuk mencapai Simpang Parung Bingung.

“Antrean ke tol Depok-Antasari jadi biang macet. Begitu masuk tol, lancar. Tapi sebelum itu, semua kendaraan tersendat parah,” ujarnya.

Infrastruktur Tak Berkutik di Tengah Ledakan Hunian

Para warga menyoroti ketimpangan antara pertumbuhan kawasan hunian dengan pelebaran jalan yang stagnan selama lebih dari satu dekade. Dengan makin banyaknya perumahan baru dan akses menuju tol, volume kendaraan tumbuh liar sementara lebar jalan tetap sempit dan tidak manusiawi.

“Bayangkan saja, hunian terus dibangun tiap tahun, tapi lebar jalan tetap kayak 2010. Gimana enggak meledak macetnya?” kata Barbot geram.

Di Mana Pemerintah?

Warga mempertanyakan peran Pemerintah Kota Depok maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang seolah abai terhadap perencanaan transportasi jangka panjang. Tidak tampak upaya serius dalam bentuk pelebaran jalan, pembuatan jalur alternatif, atau pembatasan pembangunan kawasan hunian yang sudah jenuh.

“Pemerintah terkesan sibuk menjual izin proyek perumahan, tapi melupakan dampaknya ke lalu lintas. Kami yang jadi korban setiap akhir pekan,” kritik Jafar.

Kemacetan yang terus memburuk ini juga membawa dampak ekonomi dan sosial, dari bahan bakar yang terbuang, hingga stres dan penurunan produktivitas masyarakat.

Solusi Masih di Atas Kertas

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Dinas Perhubungan Kota Depok maupun pemerintah provinsi terkait rencana penanganan konkret di kawasan Sawangan. Warga berharap masalah ini tidak lagi dianggap sebagai “konsekuensi urbanisasi” belaka, melainkan sebagai krisis infrastruktur yang harus segera ditangani.

iik