Pengamat Transportasi, Prof Ridwan :Depok Macet Parah: Kota Tumbuh Cepat, Solusi Transportasi Jalan di Tempat
BERIMBANG.COM – DEPOK.
Kemacetan di Kota Depok kini telah mencapai titik kritis. Sebagai kota penyangga ibu kota, pertumbuhan penduduk dan pembangunan perumahan yang pesat membuat arus lalu lintas di Depok kian semrawut. Ironisnya, pembangunan infrastruktur transportasi belum mampu mengimbangi laju mobilitas warganya.
Meski jalan tol dan transportasi publik mulai diperbanyak, kemacetan justru makin meluas hingga ke pintu-pintu keluar tol. Contohnya di Tol Sawangan arah BDN dan Jalan Raya Sawangan–Parung Bingung, antrean kendaraan terjadi hampir setiap jam sibuk. Hal serupa juga tampak di Pintu Tol Pamulang arah Bojongsari. Fenomena ini menunjukkan bahwa persoalan transportasi Depok tak cukup diselesaikan hanya dengan menambah jalan baru.
Pemerintah Kota Depok sejatinya telah berupaya menghadirkan Bus Trans Depok (Biskita) serta membuka rute menuju Jakarta dan Bandara. Namun, efektivitasnya masih jauh dari harapan. Volume kendaraan pribadi tetap mendominasi, terutama pagi dan sore hari, menandakan solusi publik belum menyentuh akar masalah.
Akar Masalah: Tidak Terintegrasi dan Kurang Terencana
Menurut pengamat transportasi sekaligus Ketua BPD KKSS Depok, Prof. Dr. Ir. Ridwan, MT, kemacetan Depok bersumber dari tata kelola mobilitas yang belum menyeluruh. Ia menilai, ada beberapa langkah strategis yang perlu segera dilakukan agar Depok tidak semakin tertinggal dalam urusan transportasi.
1. Akses Terbatas Melalui Kawasan UI
Selama ini, kawasan Universitas Indonesia (UI) tertutup bagi kendaraan umum maupun pribadi. Padahal, jalur tersebut berpotensi menjadi koridor penghubung penting dari Margonda ke Kukusan hingga Sawangan. Pembukaan akses terbatas dengan sistem pengaturan yang baik dinilai bisa membantu distribusi kendaraan dan mengurangi beban Margonda yang kerap macet parah.
2. Pelebaran Jalan Raya Sawangan
Beberapa titik seperti Parung Bingung dan Tugu Sawangan Permai sudah lama menjadi “simpul neraka” kemacetan. Pelebaran jalan di kawasan tersebut, ditambah penerapan lampu lalu lintas cerdas, diyakini bisa memberikan efek signifikan terhadap kelancaran arus kendaraan.
3. Pengembangan Angkutan Feeder
Transportasi pengumpan atau feeder dari kawasan perumahan ke stasiun kereta terdekat sangat dibutuhkan. Pemerintah daerah disarankan menggandeng swasta untuk menyediakan layanan ini, sehingga warga Depok yang bekerja di Jakarta tidak perlu selalu menggunakan mobil pribadi.
4. Fasilitas Park and Ride di Stasiun
Area parkir di sekitar Stasiun Depok dan Citayam saat ini sangat terbatas. Akibatnya, warga dari Sawangan dan Cipayung terpaksa membawa kendaraan pribadi hingga ke Jakarta. Penyediaan lahan parkir yang luas dan tarif terjangkau akan mendorong masyarakat beralih ke transportasi massal.
5. Optimalisasi Jalur Alternatif
Pembukaan akses Jalan atau Gang 2000 dari Perumahan Sawangan Permai ke Rawa Denok dan Rumah Sakit Anak Negeri juga dianggap penting. Jalur ini dapat menjadi rute alternatif bagi kendaraan roda empat dan mengurangi beban lalu lintas di jalan utama Sawangan.
Transportasi Publik yang Nyaman dan Aman
Ridwan menegaskan, kunci perubahan juga ada pada peningkatan kualitas layanan transportasi publik. “Angkutan yang bersih, aman, dan tepat waktu akan membuat warga mau meninggalkan kendaraan pribadinya,” ujarnya. Ia juga menyoroti perlunya penertiban pengamen dan pungli di angkutan kota yang selama ini membuat warga enggan beralih ke moda umum.
Depok kini berada di persimpangan: antara menjadi kota maju dengan sistem transportasi modern, atau terus menjadi kota padat yang tertinggal karena mobilitas warganya tersendat. “Tanpa keberanian menata ulang tata ruang dan sistem transportasi secara terintegrasi, kemacetan Depok hanya akan menjadi kisah tanpa akhir,” tegas Ridwan.
Iik
