Bulan: Juli 2025

Nasional

Gila! 5 Kasus Korupsi Pejabat Ini Bikin Warga Mengelus Dada, Ada yang Pakai Dana Desa Buat Karaoke & Nikah Empat!

đź“… Berimbang.com | 26 Juli 2025 | Redaksi Nasional

Berimbang.com, Cianjur — Demokrasi di Indonesia selalu diwarnai harapan baru setiap lima tahun sekali. Masyarakat memilih pemimpin demi masa depan yang lebih baik. Tapi sayangnya, tidak semua pemimpin menepati janji. Alih-alih membangun daerah, tak sedikit pejabat justru tega mengkhianati rakyat dengan merampok uang negara.

Berikut lima kasus korupsi pejabat yang bukan hanya memalukan, tapi juga menyakitkan hati rakyat. Dana publik yang seharusnya untuk kesejahteraan malah dihambur-hamburkan untuk hal tak masuk akal. Siapkan emosi Anda sebelum membaca!


1. Kepala Desa di Banten Habiskan Dana Rp988 Juta untuk Karaoke dan Nikah 4 Istri

Korupsi dana desa kembali terjadi. Kali ini dilakukan oleh mantan Kepala Desa Lontar, Kabupaten Serang, Banten. Selama 2019 hingga 2021, sang kepala desa menilap dana desa hampir Rp1 miliar.

Mirisnya, dana tersebut digunakan untuk menikahi empat orang istri serta foya-foya di tempat karaoke bersama bawahannya. Tercatat, sekitar Rp55 juta digunakan hanya untuk bersenang-senang di tempat hiburan malam sambil “nyawer” pemandu lagu. Rakyat hanya bisa gigit jari.


2. Proyek Toilet Sekolah Rp98 Miliar di Bekasi, Hasilnya Jauh dari Harapan

Di Bekasi, proyek pembangunan toilet sekolah senilai Rp98 miliar jadi sorotan publik. Alih-alih menciptakan fasilitas sanitasi yang layak, banyak toilet yang dibangun justru tidak sesuai standar, bahkan terbengkalai.

Anggaran jumbo ini diduga kuat dikorupsi oleh oknum pejabat daerah. Sampai saat ini, investigasi masih bergulir, namun rakyat sudah dibuat kecewa dengan hasil yang tak sebanding dengan dana yang digelontorkan.


3. Dana Bansos Disunat, Warga Miskin Hanya Dapat Separuh

Saat pandemi melanda, bantuan sosial seharusnya jadi penyelamat masyarakat. Namun seorang pejabat tingkat kabupaten justru tega memotong dana bansos yang seharusnya utuh untuk rakyat.

Dari nilai bantuan sebesar Rp600 ribu per kepala keluarga, warga hanya menerima Rp300 ribu. Sisanya masuk kantong pribadi dan kroni politik. Kasus ini menambah daftar panjang pengkhianatan terhadap rakyat kecil.


4. Proyek Jalan Desa Rp2 Miliar, Jalan Hanya Tahan 2 Bulan

Pembangunan jalan di salah satu desa di Jawa Tengah menuai kritik. Dengan nilai proyek mencapai Rp2 miliar, jalan baru malah rusak hanya dalam waktu dua bulan.

Diduga, proyek ini penuh rekayasa. Mulai dari pengurangan kualitas bahan hingga mark-up anggaran. Jalan rusak, rakyat kecewa, pejabatnya bersenang-senang.


5. Oknum Camat Dikorupsi Dana UMKM Rp1,2 Miliar untuk Beli Mobil Mewah

Seorang camat di Sulawesi Selatan terciduk menyalahgunakan dana bantuan untuk pelaku UMKM senilai Rp1,2 miliar. Dana tersebut justru digunakan untuk membeli mobil mewah dan renovasi rumah pribadinya.

Alih-alih membangkitkan ekonomi warga, dana tersebut lenyap begitu saja. Pelaku kini sudah ditahan, tapi luka di hati pelaku UMKM masih belum sembuh.


Penutup: Korupsi, Penghianatan yang Mengakar?

Kasus-kasus ini hanyalah sebagian kecil dari gunung es korupsi di negeri ini. Rakyat menjerit, tapi oknum pejabat masih terus bersandiwara. Sudah saatnya penegak hukum bertindak lebih tegas dan rakyat tidak lagi tutup mata.***


📝 Redaksi: Tim Berimbang Nasional
đź“© Kontak: redaksi@berimbang.com
📌 Ikuti terus berita-berita tajam dan berimbang hanya di Berimbang.com.

Berita Utama

“Panas! Ijazah Jokowi Disita Polisi, Roy Suryo Tantang dengan 10 Ijazah Asli Alumni 1985”

Berimbang.com – Jakarta.
Polemik keaslian ijazah Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali memanas. Setelah bertahun-tahun jadi bahan perdebatan, kini drama panjang ini memasuki babak baru yang kian dramatis dan penuh tensi politik.

Kepolisian melalui penyidik Polda Metro Jaya telah resmi menyita ijazah asli milik Jokowi dalam proses pemeriksaan di Solo beberapa waktu lalu. Penyitaan ini menjadi bagian dari penyidikan atas laporan dugaan pencemaran nama baik yang diajukan kubu Jokowi terhadap sejumlah pihak, termasuk pakar telematika Roy Suryo dan aktivis dr. Tifa.

Langkah tegas ini dinilai sebagai senjata pamungkas tim hukum Jokowi untuk membungkam spekulasi berkepanjangan seputar keabsahan dokumen pendidikannya dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Namun, justru di saat publik menanti kejelasan, Roy Suryo balik menyerang. Dalam sebuah debat panas di program Intrupsi InewsTV, Roy Suryo menyatakan telah mengantongi lebih dari 10 ijazah asli milik alumni UGM angkatan 1985, yang disebutnya sebagai alat pembanding otentik.

“Kabar terbaru ini, ada sekitar 10 ijazah di tahun 1985 yang kita siapkan. Ijazah ini asli, dari rekan-rekan seangkatan, bukan salinan. Ini akan kita bandingkan langsung dengan milik Jokowi,” tegas Roy Suryo di hadapan publik.

Roy menyebut akan melakukan analisis forensik terhadap keseluruhan ijazah tersebut, guna mengecek kesesuaian format, tanda tangan, kop institusi, hingga kualitas kertas, dengan dokumen milik Presiden Jokowi. Ia bahkan mengklaim bahwa publik berhak tahu dan menuntut transparansi total dari pemegang kekuasaan.

Respons Istana dan Polisi
Sementara pihak Istana masih belum memberi tanggapan resmi terkait manuver Roy Suryo, tim hukum Jokowi meyakini bahwa ijazah yang telah disita polisi akan berbicara sendiri di pengadilan. Mereka menilai pembuktian melalui jalur hukum adalah satu-satunya langkah sah dan konstitusional dalam mengakhiri kontroversi ini.

Namun demikian, langkah penyitaan justru dianggap membuka ruang baru bagi adu bukti secara langsung di meja hijau—dan itu artinya, drama belum berakhir.

Dampak Politik dan Persepsi Publik
Pengamat politik menilai babak baru ini bukan hanya soal dokumen pendidikan, tapi juga menyangkut legitimasi moral dan sejarah politik seorang kepala negara. Apalagi jika kasus ini terus bergulir di tengah suhu politik nasional yang masih hangat pasca-Pilpres 2024.

Dengan dua kubu kini sama-sama mengklaim memiliki bukti otentik, rakyat Indonesia tampaknya harus menunggu lebih lama untuk menyaksikan siapa yang benar-benar memiliki kebenaran—secara hukum maupun secara sejarah.***

Daerah

PWNU Jabar Ancam Guncang Gedung Sate Lewat Istighosah Akbar, Protes Kebijakan “Anti-Pesantren” KDM

Berimbang.com – Bandung. Ketegangan antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat semakin memuncak. PWNU Jabar menggagas aksi istighosah akbar sebagai bentuk protes spiritual terhadap kebijakan Gubernur Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang dinilai otoriter, diskriminatif, dan merugikan pendidikan pesantren serta sekolah swasta.

Dalam rapat koordinasi yang digelar Jumat (25/7/2025) di Gedung Dakwah PWNU Jabar, Bandung, PWNU bersama seluruh PCNU kabupaten/kota menyepakati langkah simbolik dan strategis: menggelar istighosah berjamaah di depan Gedung Sate. Aksi doa bersama ini bukan sekadar ritual, melainkan bentuk perlawanan konstitusional yang sarat makna.

“KDM membuat kebijakan sepihak tanpa mendengar suara rakyat, tanpa melibatkan ormas, pesantren, atau lembaga pendidikan. Ini bentuk ketidakadilan yang nyata,” tegas Sekretaris PWNU Jabar, KH Aceng Amrullah.

Kebijakan yang Dinilai Kontroversial dan Merugikan

Berbagai pihak di lingkungan NU mengkritik keras kebijakan KDM, antara lain:

  • Penghapusan hibah untuk pesantren
  • Pemangkasan Bantuan Pendidikan Menengah Umum (BPMU) sekolah swasta
  • Sistem sekolah lima hari dengan jam masuk pukul 06.30 WIB
  • Syarat bantuan sosial dengan prosedur vasektomi yang dinilai tidak manusiawi

Ketua PW Pergunu Jabar, Dr Saepuloh, bahkan menuding ada indikasi pengalihan dana Rp1,2 triliun ke proyek mebel dan ruang kelas sekolah negeri, dengan mengorbankan eksistensi sekolah swasta dan pesantren.

“Ini kebijakan yang sangat mencurigakan dan berpotensi mengikis sistem pendidikan keagamaan di Jawa Barat,” ujarnya tajam.

Seruan Aksi Konstitusional dan Jalur DPRD

Ketua PCNU Garut, KH Atjeng Abdul Wahid, menyebut gaya kepemimpinan KDM sebagai “kumaha aing” yang anti-musyawarah. Sementara Ketua PCNU Sumedang, Kang Idad Istidad, mendorong penggunaan hak interpelasi DPRD sebagai jalur hukum untuk menuntut pertanggungjawaban Gubernur KDM.

Kritik Etika dan Moralitas

PWNU juga menyoroti sisi etika dalam kepemimpinan KDM. Prof Yusuf dari PWNU mengungkap tragedi dalam hajatan anak KDM yang diklaim sebagai “makan gratis” namun justru menelan korban jiwa. Kritik terhadap kejadian tersebut, menurutnya, dibungkam dengan buzzer bayaran.

“Ini bukan sekadar kebijakan gagal, tapi juga krisis moral dalam kepemimpinan,” kecamnya.

Perlawanan Spiritual: Doa Menjadi Senjata

Ketua LP Ma’arif NU Jabar, Dr Ifa Faizah Rohmah, mengajak seluruh warga Nahdliyin untuk bersatu dalam istighosah berjamaah sebagai kekuatan spiritual melawan ketidakadilan.

“Doa adalah senjata kami. Kami akan melawan kebijakan zalim ini dengan kekuatan spiritual dan jalur konstitusional,” serunya.

NU Bergerak: Dari Spiritualitas ke Aksi Konkrit

Dengan semangat membara, PWNU dan PCNU se-Jabar menyatakan tekad bulat: melindungi pendidikan pesantren, menjaga keadilan sosial, dan memastikan kebijakan tidak dijalankan secara sepihak.

Rencana istighosah akbar di depan Gedung Sate disebut-sebut akan digelar dalam waktu dekat dan diprediksi akan mengundang ribuan jamaah sebagai simbol perlawanan damai dari warga NU terhadap dominasi kekuasaan yang dinilai menyimpang.***

Daerah

Larangan Study Tour Dedi Mulyadi Tuai Kontroversi: Ribuan Pekerja Terancam PHK, Gubernur Tetap Kukuh

BERIMBANG.com – Larangan study tour oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kian memicu polemik. Tak hanya diprotes para orang tua siswa, kebijakan tersebut kini memukul keras sektor pariwisata. Para pengusaha jasa transportasi hingga ribuan pekerja wisata mulai merasakan dampaknya—dari menjual aset, mengurangi karyawan, hingga ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal.

Sejak diterbitkannya Surat Edaran Nomor 45/PK.03.03.KESRA yang secara efektif melarang kegiatan study tour di lingkungan sekolah, bisnis pariwisata di Jabar terpukul.

“Tanpa pemberitahuan, tanpa diskusi. Tiba-tiba sekolah-sekolah batal semua,” keluh H. Abung Hendrayana, pemilik PO Bus DMH Trans di Cileunyi, Bandung.

Abung mengaku telah menjual lima unit bus sejak Juni untuk bertahan hidup akibat anjloknya pesanan.

Nasib serupa dialami Rachmat, pemilik PO Smindo Trans di Depok. Ia bahkan terpaksa memangkas setengah jumlah karyawannya demi menutup biaya operasional.

“Kalau tidak ada langkah penyelamatan, PHK massal akan jadi kenyataan. Ini bukan hanya tentang bisnis, tapi juga keberlangsungan ribuan keluarga,” ujar Herdis Subarja, Koordinator Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat (P3JB).

Menurut Herdis, setidaknya ada 7.000 orang yang bergantung hidup pada industri wisata pelajar ini—dari sopir, helper, admin hingga marketing. Delapan perusahaan di Bandung dan Depok sudah mulai melakukan perumahan terhadap karyawannya.

Gubernur Dedi Mulyadi: “Itu Bukan Pendidikan, Itu Piknik”

Namun, Gubernur Dedi Mulyadi bergeming. Ia menegaskan bahwa study tour adalah kegiatan rekreasi yang tak memiliki relevansi langsung dengan pendidikan siswa.

“Demonstrasi kemarin menunjukkan semakin jelas bahwa kegiatan study tour itu sebenarnya kegiatan piknik. Bisa dibuktikan, yang berdemonstrasi adalah para pelaku jasa kepariwisataan,” kata Dedi dalam akun Instagram resminya, @dedimulyadi71.

Menurut Dedi, larangan ini bertujuan melindungi orang tua siswa dari pengeluaran tak perlu, serta mengefisienkan pendidikan agar fokus pada karakter dan prestasi akademik.

Ia berharap, ke depan industri wisata Jabar bisa bergantung pada wisatawan murni—baik domestik maupun mancanegara—bukan siswa dari keluarga berpenghasilan pas-pasan.

Antara Ekonomi dan Pendidikan

Kebijakan ini memunculkan dua kutub. Di satu sisi, pemerintah mengklaim membela kepentingan rakyat banyak, terutama orang tua siswa. Namun di sisi lain, pelaku industri pariwisata merasa dikorbankan secara sepihak, tanpa dialog atau solusi alternatif dari Pemprov.

“Gubernur sepertinya tidak peduli akan nasib pelaku usaha dan pekerja sektor ini. Bahkan Sekda Jabar tidak menjelaskan kajian apa yang jadi dasar larangan ini,” kritik Herdis.

P3JB pun bersiap melayangkan tuntutan ke pemerintah pusat jika Pemprov Jabar tetap bersikukuh tanpa membuka ruang dialog.

Apakah ini bentuk pengendalian biaya pendidikan, atau justru penyeragaman kebijakan yang merugikan ekonomi rakyat? Waktu yang akan menjawab.**

Nasional

Fenomena Langka! Gerhana Matahari Total 2 Agustus Diprediksi Terlama Abad Ini, Bisa Disaksikan di Cirebon

BERIMBANG.COM – CIREBON. Jagat media sosial tengah ramai membahas fenomena alam langka yang akan terjadi pada 2 Agustus 2027 mendatang—gerhana Matahari total yang diprediksi menjadi salah satu gerhana terlama dalam sejarah modern.

Menurut laporan dari Gulf News, gerhana ini akan berlangsung selama 6 menit 23 detik, jauh lebih lama dari durasi gerhana total pada umumnya yang hanya 2 hingga 3 menit. Fenomena ini akan menjadi yang terlama yang bisa disaksikan dari Bumi antara tahun 1991 hingga 2114.

Fenomena ini terjadi saat Bulan berada tepat di antara Matahari dan Bumi, menutup cahaya Matahari secara penuh dari pandangan sebagian wilayah di Bumi. Meski Cirebon tidak berada di jalur totalitas, warga masih bisa menyaksikan gerhana sebagian, yang diperkirakan cukup mencolok tergantung pada kondisi cuaca saat itu.

Jalur totalitas—di mana Matahari akan tertutup sepenuhnya—akan membentang dari Samudra Atlantik, menyapu sebagian besar kawasan Eropa Selatan, Afrika Utara hingga Timur Tengah, termasuk negara-negara seperti Spanyol, Maroko, Libya, Mesir, Arab Saudi, hingga Kepulauan Chagos.

“Ini adalah momen emas bagi para pecinta astronomi maupun masyarakat umum,” ujar Dr. Yana Adi Prasetya, astronom dari Lapan-RI. “Gerhana 2 Agustus nanti termasuk peristiwa yang sangat jarang terjadi, apalagi dengan durasi totalitas sepanjang itu.”

Waspadai Dampak & Edukasi Masyarakat
Menyambut fenomena ini, sejumlah lembaga pendidikan dan komunitas astronomi di Indonesia sudah mulai menyiapkan program edukasi dan pengamatan bersama. Namun, masyarakat juga diimbau untuk tidak melihat gerhana langsung tanpa alat pelindung khusus, karena dapat merusak mata secara permanen.

Dinas Pendidikan setempat bahkan berencana melibatkan sekolah-sekolah di Cirebon dalam sesi pengamatan edukatif.***

Daerah

Masuk Sekolah Jam 6.30, Dedi Mulyadi Dihujani Protes: Anak Kurang Tidur, Orang Tua Ikut Tersiksa!

BERIMBANG.COM – BANDUNG | Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal aturan jam masuk sekolah pukul 06.30 WIB menuai gelombang kritik dari warganet. Tak hanya siswa, orang tua pun mengeluhkan dampak kebijakan ini, mulai dari jam tidur terganggu hingga anak-anak menjadi kelelahan dan kurang fokus saat belajar.

Aturan ini diterapkan untuk seluruh jenjang pendidikan, bahkan termasuk PAUD, sebagai kompensasi atas penghapusan kegiatan belajar hari Sabtu. Hal itu tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Jabar Nomor 58/PK.03/Disdik tertanggal 28 Mei 2025.

Namun, di balik niat efisiensi, kebijakan tersebut justru menimbulkan keresahan publik. Dalam unggahan video TikTok Dedi Mulyadi, warganet ramai-ramai menyuarakan keberatannya di kolom komentar.

“Pak, saya mohon ini mah pak, cabut sistem sekolah jam 06.30 pagi. Orang tua harus bangun jam 4 buat nyiapin anak. Gimana kalau rumah jauh dan harus jalan kaki?” tulis akun @rha****

Tak sedikit juga yang menyoroti beban jam belajar yang tidak ikut dikurangi, sehingga siswa justru makin kelelahan.

“Saya tidur jam 20.30 tapi pulang jam 4 sore itu berat, Pak. Lebih baik pulang jam 14.30 saja,” kata akun @spad*****

Selain soal kelelahan fisik, muncul kekhawatiran soal kesehatan mental dan pertumbuhan anak akibat kurang tidur dan memulai aktivitas terlalu pagi.

“Negara maju aja sekolah mulai jam 9. Kita malah jam 6.30. Ini bikin anak kekurangan tidur dan susah fokus. Kasihan, Pak,” protes akun @natk******

Meski sebagian warganet memahami niat baik Gubernur Dedi untuk mendorong disiplin dan efisiensi waktu, banyak yang meminta agar keseimbangan antara kebutuhan biologis dan beban akademik anak tetap diperhatikan.

Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari Dedi Mulyadi atas desakan publik untuk meninjau ulang kebijakan tersebut.***

Depok

KH. Abu Bakar Madris Hadir di Pengajian Wartawan Depok: Ilmu Adalah Pondasi Kebangkitan Bangsa

BALAIKOTA, DEPOK –
Majelis Taklim Balai Wartawan (MT. Balwan) Kota Depok kembali menggelar pengajian rutinitas bulanan yang berlangsung hangat dan penuh makna di Sekretariat Balai Wartawan Kota Depok, Kamis (24/07/2025).

Kali ini, pengajian semakin istimewa karena menghadirkan ulama kharismatik Kota Depok, KH. Abu Bakar Madris, Ketua Kuduss Ramah Kota Depok sekaligus Penasehat Majelis At-Taubah.

Dengan tema “Memupuk Kebersamaan dan Kekompakan dalam Bermajelis”, kegiatan ini dipadati jamaah serta tokoh masyarakat. Hadir pula perwakilan dari DPC Forkabi Kota Depok seperti Ustadz Tatang, Mohammad Toha, serta perwakilan BPPKB Banten dari Beji.

Acara diawali dengan pembacaan selawat dipandu Tony Yusep, disusul tahlil, tahmid, dan doa bagi arwah keluarga jamaah yang dipimpin oleh Ustadz Salwani.

Ketua MT. Balwan, Adie Rakasiwi, menyampaikan terima kasih atas antusiasme jamaah yang tetap menyempatkan hadir di tengah kesibukan kerja. Ia juga memaparkan agenda ke depan:

  • Jumat Berkah (Agustus, minggu pertama)
  • Maulid Nabi Muhammad SAW (September)
  • Wisata Religi & Milad MT. Balwan (Oktober 2025)

“Kami terus mengajak jamaah untuk aktif meramaikan majelis ini. Semoga Allah SWT senantiasa meringankan langkah kita untuk hadir,” ujar Adie.

Sementara itu, dalam tausyiahnya, KH. Abu Bakar Madris mengingatkan pentingnya ilmu dan ketakwaan sebagai tolok ukur kemuliaan seseorang di hadapan Allah, bukan keturunan atau jabatan.

“Semua sama di mata Allah, yang membedakan hanyalah takwa,” tegas Kiai Abu.

Ia pun menegaskan pentingnya meluangkan waktu demi ilmu agama sebagai bentuk ketakwaan, sembari mencontohkan pentingnya pemahaman dalam pelaksanaan salat jenazah.

“Jangan tahu tapi tidak paham. Ilmu itu pondasi. Majelis ilmu adalah bagian dari kebangkitan bangsa. Para ulama dan pahlawan kita dulu memerdekakan negeri ini dengan ilmu dan iman,” pungkasnya.***

Depok

Aksi Nekat Pencuri Burung Kenari di Depok: Terekam CCTV, Dihajar Karyawan Toko!

Depok, Berimbang.com – Aksi nekat seorang pria yang diduga pencuri burung kenari di sebuah toko unggas di kawasan Cilodong, Depok, berakhir dengan babak belur. Pria asal Cikaret, Kabupaten Bogor, itu menjadi bulan-bulanan karyawan toko setelah tertangkap basah mencuri tiga ekor burung kenari. Seluruh kejadian terekam kamera pengawas CCTV dan kini viral di media sosial.

Peristiwa ini terjadi pada Jumat pagi (25/7/2025) di toko burung yang terletak di Jalan Kampung Sawah, Cilodong. Dalam rekaman video yang beredar, pelaku terlihat berpura-pura menjadi pembeli, lalu secara diam-diam memasukkan burung ke dalam saku celana.

“Pelaku sudah tiga kali mencuri di sini. Makanya kami siaga,” ujar Satria, pemilik toko, saat ditemui.

Kecurigaan karyawan yang mengenali gerak-gerik pelaku langsung terbukti. Tanpa banyak bicara, sejumlah pekerja toko yang kesal dengan aksi berulang itu langsung menghadang dan menghajar pelaku di tempat.

Meski nilai kerugiannya terbilang kecil—diperkirakan hanya beberapa ratus ribu rupiah—namun kejadian ini menjadi puncak kekesalan akibat pencurian berulang.

“Bukan soal nominal, tapi ini sudah yang ketiga kalinya. Kalau dibiarkan, dia makin berani,” tambah Satria.

Setelah sempat dikeroyok, pelaku diamankan dan diserahkan ke Polres Metro Depok untuk pemeriksaan lebih lanjut. Polisi menyatakan kasus ini tengah diproses sesuai hukum yang berlaku.

Di sisi lain, video pengeroyokan terhadap pelaku juga memunculkan perdebatan publik soal batasan tindakan main hakim sendiri.

Pihak kepolisian mengimbau masyarakat untuk tetap menyerahkan pelaku ke pihak berwajib tanpa menggunakan kekerasan berlebihan.

“Kami menghargai kewaspadaan warga, tapi tetap tidak dibenarkan melakukan tindakan kekerasan yang bisa berujung pidana baru,” ujar AKP Irwan, perwakilan Polres Depok.

Kasus ini membuka kembali diskusi mengenai perlindungan terhadap pelaku usaha kecil dari tindak kriminal serta batas-batas tindakan warga dalam merespons kejahatan yang tertangkap tangan.*

Jakarta

[BREAKING] Duel Gengster di Matraman Tewaskan Pemuda, Dua Pelaku Dibekuk di Parung

đź“… 25 Juli 2025
✍️ Tim Berimbang.com

JAKARTA – Aksi brutal tawuran antar gengster kembali memakan korban jiwa. Kali ini, seorang pemuda berinisial NH (24) tewas di tempat setelah dibacok secara sadis oleh sekelompok gengster di Jalan Pisangan Baru Selatan, Matraman, Jakarta Timur, pada Selasa (22/7/2025) dini hari.

Setelah melakukan penyelidikan intensif, Subdit Jatanras Polda Metro Jaya berhasil menangkap dua pelaku utama yang terlibat langsung dalam aksi pembacokan tersebut. Kedua pelaku berinisial AMG dan PRH, ditangkap tanpa perlawanan di sebuah tempat persembunyian di Parung, Bogor, Jawa Barat.

“Dari rekaman CCTV dan keterangan saksi, kami identifikasi peran pelaku. AMG dan PRH membawa senjata tajam jenis celurit dan melakukan pembacokan terhadap korban,” ujar AKBP Abdul Rohim, Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya, Jumat (25/7/2025).

Korban Tewas di Lokasi dengan Luka Parah

Korban NH tewas seketika di lokasi kejadian akibat luka bacok di punggung, lengan kanan, jari kaki, serta beberapa bagian tubuh lainnya. Insiden ini memperpanjang daftar kekerasan jalanan yang menghantui wilayah Jakarta Timur, terutama Matraman.

Polisi juga masih memburu dua pelaku lainnya dari kelompok lawan, berinisial SB dan HN, yang diduga menjadi provokator utama dalam tawuran tersebut.

Warga: Kami Sudah Lelah dan Takut

Menurut pengakuan warga sekitar bernama Rizal, kelompok gengster dari Pisangan Lama dan Pisangan Baru sudah sering terlibat tawuran di lokasi tersebut. Aksi mereka tak jarang membuat warga ketakutan dan waswas menjadi korban salah sasaran.

“Mereka bawa senjata tajam, tawurannya brutal banget. Kami minta polisi bertindak lebih tegas,” ujar Rizal.

Aksi tawuran berdurasi sekitar 15 menit itu disebut melibatkan senjata tajam seperti corbek, celurit, hingga pedang. Polisi memastikan patroli di wilayah rawan akan ditingkatkan demi mencegah konflik susulan.*””

Nasional

DATA DIJUAL? Buruh Ancam Demo Nasional, Pemerintah Bungkam Isu Transfer Data WNI ke AS

Berimbang.com | Kamis, 25 Juli 2025

Jakarta – Gejolak protes dari kalangan buruh terus membara menyusul kabar bahwa pemerintah Indonesia memberikan akses data pribadi warga negara Indonesia (WNI) kepada pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui kesepakatan perdagangan digital. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyebut langkah tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara dan hak asasi rakyat.

Presiden KSPI sekaligus Ketua Partai Buruh, Said Iqbal, mengecam keras kesepakatan itu. “Bagaimana mungkin data pribadi rakyat diserahkan ke negara asing tanpa seizin pemiliknya? Ini bentuk pengkhianatan terhadap rakyat,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/7).

Ancam Aksi Nasional

KSPI bersama jaringan serikat buruh nasional mengancam akan menggelar aksi besar-besaran di seluruh Indonesia bila pemerintah tidak segera mencabut kesepakatan tersebut. Menurut Iqbal, data buruh—sebagai kelompok rentan—tidak boleh dipertaruhkan demi kepentingan dagang asing.

Iqbal juga menyinggung ketimpangan perdagangan antara Indonesia dan AS. “Tarif barang Indonesia ke AS bisa mencapai 19 persen, sementara barang dari AS bebas masuk. Sekarang, ditambah data pribadi kami dijual. Ini penjajahan gaya baru: neoliberalisme berkedok perdagangan,” tegasnya.

Penjelasan Pemerintah

Di tengah kemarahan publik, pemerintah membantah tuduhan menyerahkan data pribadi secara bebas. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menyatakan bahwa data yang dimaksud hanya terkait perdagangan barang berisiko ganda, seperti gliserol sawit yang bisa digunakan untuk pupuk maupun bahan peledak.

“Ini soal transparansi transaksi barang strategis, bukan pemindahan data individu secara masif. Pemerintah tetap patuh pada Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi,” jelas Hasan.

Namun pernyataan Hasan bertolak belakang dengan siaran resmi Gedung Putih, yang menyebut Indonesia akan memberikan “kepastian hukum terkait transfer data pribadi” ke AS, serta mengakui AS sebagai negara dengan standar perlindungan data yang memadai.

Rakyat Berhak Tahu dan Menolak

Pakar hukum data pribadi dari ICJR, Henny Supolo, menyebut bahwa ketidakterbukaan pemerintah terhadap isi kesepakatan melanggar prinsip transparansi publik. “Rakyat berhak tahu data apa yang dibagi, untuk apa, dan kepada siapa. Tanpa itu, ini rawan disalahgunakan,” ujarnya.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) jelas menjamin hak warga atas informasi, penghapusan, dan persetujuan eksplisit atas data pribadi mereka. Bila benar data bisa ditransfer ke yurisdiksi asing tanpa keterlibatan subjek data, ini berpotensi menjadi pelanggaran serius terhadap UU tersebut.

Desakan Mencabut Kesepakatan

KSPI dan Partai Buruh menegaskan bahwa tuntutan mereka bukan hanya tentang buruh, melainkan menyangkut martabat bangsa. “Jika pemerintah tetap ngotot, kami akan mobilisasi jutaan buruh ke jalan. Ini soal prinsip, bukan hanya angka dagang,” pungkas Iqbal.

Di sisi lain, sejumlah pengamat menilai pemerintah harus segera membuka isi perjanjian secara transparan kepada publik. Tanpa keterbukaan, isu ini bisa menjadi bola salju yang menggerus kepercayaan rakyat terhadap negara.***