Penulis: admin berimbang

Jakarta

[BREAKING] Duel Gengster di Matraman Tewaskan Pemuda, Dua Pelaku Dibekuk di Parung

đź“… 25 Juli 2025
✍️ Tim Berimbang.com

JAKARTA – Aksi brutal tawuran antar gengster kembali memakan korban jiwa. Kali ini, seorang pemuda berinisial NH (24) tewas di tempat setelah dibacok secara sadis oleh sekelompok gengster di Jalan Pisangan Baru Selatan, Matraman, Jakarta Timur, pada Selasa (22/7/2025) dini hari.

Setelah melakukan penyelidikan intensif, Subdit Jatanras Polda Metro Jaya berhasil menangkap dua pelaku utama yang terlibat langsung dalam aksi pembacokan tersebut. Kedua pelaku berinisial AMG dan PRH, ditangkap tanpa perlawanan di sebuah tempat persembunyian di Parung, Bogor, Jawa Barat.

“Dari rekaman CCTV dan keterangan saksi, kami identifikasi peran pelaku. AMG dan PRH membawa senjata tajam jenis celurit dan melakukan pembacokan terhadap korban,” ujar AKBP Abdul Rohim, Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya, Jumat (25/7/2025).

Korban Tewas di Lokasi dengan Luka Parah

Korban NH tewas seketika di lokasi kejadian akibat luka bacok di punggung, lengan kanan, jari kaki, serta beberapa bagian tubuh lainnya. Insiden ini memperpanjang daftar kekerasan jalanan yang menghantui wilayah Jakarta Timur, terutama Matraman.

Polisi juga masih memburu dua pelaku lainnya dari kelompok lawan, berinisial SB dan HN, yang diduga menjadi provokator utama dalam tawuran tersebut.

Warga: Kami Sudah Lelah dan Takut

Menurut pengakuan warga sekitar bernama Rizal, kelompok gengster dari Pisangan Lama dan Pisangan Baru sudah sering terlibat tawuran di lokasi tersebut. Aksi mereka tak jarang membuat warga ketakutan dan waswas menjadi korban salah sasaran.

“Mereka bawa senjata tajam, tawurannya brutal banget. Kami minta polisi bertindak lebih tegas,” ujar Rizal.

Aksi tawuran berdurasi sekitar 15 menit itu disebut melibatkan senjata tajam seperti corbek, celurit, hingga pedang. Polisi memastikan patroli di wilayah rawan akan ditingkatkan demi mencegah konflik susulan.*””

Nasional

DATA DIJUAL? Buruh Ancam Demo Nasional, Pemerintah Bungkam Isu Transfer Data WNI ke AS

Berimbang.com | Kamis, 25 Juli 2025

Jakarta – Gejolak protes dari kalangan buruh terus membara menyusul kabar bahwa pemerintah Indonesia memberikan akses data pribadi warga negara Indonesia (WNI) kepada pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui kesepakatan perdagangan digital. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyebut langkah tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara dan hak asasi rakyat.

Presiden KSPI sekaligus Ketua Partai Buruh, Said Iqbal, mengecam keras kesepakatan itu. “Bagaimana mungkin data pribadi rakyat diserahkan ke negara asing tanpa seizin pemiliknya? Ini bentuk pengkhianatan terhadap rakyat,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/7).

Ancam Aksi Nasional

KSPI bersama jaringan serikat buruh nasional mengancam akan menggelar aksi besar-besaran di seluruh Indonesia bila pemerintah tidak segera mencabut kesepakatan tersebut. Menurut Iqbal, data buruh—sebagai kelompok rentan—tidak boleh dipertaruhkan demi kepentingan dagang asing.

Iqbal juga menyinggung ketimpangan perdagangan antara Indonesia dan AS. “Tarif barang Indonesia ke AS bisa mencapai 19 persen, sementara barang dari AS bebas masuk. Sekarang, ditambah data pribadi kami dijual. Ini penjajahan gaya baru: neoliberalisme berkedok perdagangan,” tegasnya.

Penjelasan Pemerintah

Di tengah kemarahan publik, pemerintah membantah tuduhan menyerahkan data pribadi secara bebas. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menyatakan bahwa data yang dimaksud hanya terkait perdagangan barang berisiko ganda, seperti gliserol sawit yang bisa digunakan untuk pupuk maupun bahan peledak.

“Ini soal transparansi transaksi barang strategis, bukan pemindahan data individu secara masif. Pemerintah tetap patuh pada Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi,” jelas Hasan.

Namun pernyataan Hasan bertolak belakang dengan siaran resmi Gedung Putih, yang menyebut Indonesia akan memberikan “kepastian hukum terkait transfer data pribadi” ke AS, serta mengakui AS sebagai negara dengan standar perlindungan data yang memadai.

Rakyat Berhak Tahu dan Menolak

Pakar hukum data pribadi dari ICJR, Henny Supolo, menyebut bahwa ketidakterbukaan pemerintah terhadap isi kesepakatan melanggar prinsip transparansi publik. “Rakyat berhak tahu data apa yang dibagi, untuk apa, dan kepada siapa. Tanpa itu, ini rawan disalahgunakan,” ujarnya.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) jelas menjamin hak warga atas informasi, penghapusan, dan persetujuan eksplisit atas data pribadi mereka. Bila benar data bisa ditransfer ke yurisdiksi asing tanpa keterlibatan subjek data, ini berpotensi menjadi pelanggaran serius terhadap UU tersebut.

Desakan Mencabut Kesepakatan

KSPI dan Partai Buruh menegaskan bahwa tuntutan mereka bukan hanya tentang buruh, melainkan menyangkut martabat bangsa. “Jika pemerintah tetap ngotot, kami akan mobilisasi jutaan buruh ke jalan. Ini soal prinsip, bukan hanya angka dagang,” pungkas Iqbal.

Di sisi lain, sejumlah pengamat menilai pemerintah harus segera membuka isi perjanjian secara transparan kepada publik. Tanpa keterbukaan, isu ini bisa menjadi bola salju yang menggerus kepercayaan rakyat terhadap negara.***

Daerah

Geger Fatwa Haram Sound Horeg: Ribuan Job Agustusan Dibatalkan, Paguyuban Sound Desak Pemda Turun Tangan

JOMBANG – Dampak dari fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap penggunaan sound horeg kian meluas. Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, ribuan pelaku usaha penyewaan sound system di Jombang terancam merugi akibat pembatalan job secara massal.

Paguyuban Sound System Jombang (PSSJ) mengaku banyak menerima laporan pembatalan acara Agustusan, termasuk pawai, karnaval, dan hiburan rakyat. Bahkan, sejumlah klien yang sudah menyetor uang muka (DP) kini bingung harus bagaimana.

“Kami bukan pelaku sound battle ekstrem, tapi tetap kena imbas. Banyak job dibatalkan, bahkan kontrak sepihak,” ujar Ketua PSSJ, Koiman, Kamis (24/7/2025).

Koiman tak memungkiri bahwa suara ekstrem dari kompetisi sound horeg memang bisa mengganggu kenyamanan publik. Namun, menurutnya, kebijakan ini terlalu menyapu bersih semua pelaku usaha, tanpa batas teknis yang jelas.

“Kalau dibatasi hanya 45 desibel, ya sama saja dilarang bunyi. Ini bukan sekadar soal agama, tapi menyangkut nasib ribuan keluarga yang menggantungkan hidup dari industri sound,” tegasnya.

PSSJ mengusulkan batas maksimal dinaikkan menjadi 85 desibel, dengan pengawasan etika penggunaan dan penyesuaian konteks lokasi.


Fatwa vs Realita Lapangan: Ketika Agama, Ekonomi, dan Budaya Berbenturan

Fatwa MUI pusat memang menyasar fenomena sound horeg yang kerap diasosiasikan dengan pesta pora dan kompetisi kekuatan suara. Namun, dampaknya menjalar pada sektor usaha kecil-menengah yang tak pernah ikut kontes, tapi sekadar menyewakan sound untuk keperluan warga.

“Kalau terus dilarang tanpa solusi, bukan tidak mungkin muncul konflik sosial. Warga jadi kecewa, panitia kelimpungan, dan penyedia jasa dihujat,” ujar Koiman.


PSSJ Desak Dialog Terbuka, MUI Lokal Siap Tampung Aspirasi

Mengantisipasi kekisruhan di lapangan, PSSJ mendesak adanya dialog terbuka dengan Pemkab Jombang, Polres, dan MUI. PSSJ dijadwalkan akan menggelar audiensi resmi pada Jumat (25/7/2025).

Sementara itu, Sekretaris Umum MUI Jombang, Ilham Rokhim, menyatakan bahwa pihaknya hanya menjalankan fatwa pusat dan tidak memiliki kewenangan mengubah isi fatwa. Meski demikian, Ilham menegaskan MUI akan membuka ruang dialog untuk meredam keresahan di masyarakat.**”

Bogor

Satpol PP Tertibkan 130 PKL di Pasar Cisarua, Bukan Digusur tapi Direlokasi ke Pasar Resmi

Berimbangcom – Sebanyak 130 Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Pasar Cisarua, Kabupaten Bogor ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) pada Kamis (24/7). Penertiban dilakukan sebagai bagian dari upaya penataan kawasan pasar sesuai arahan langsung dari Bupati Bogor, Rudy Susmanto.

Kepala Satpol PP Kabupaten Bogor, Cecep Imam Nagarasid, menegaskan bahwa langkah ini bukanlah penggusuran, melainkan relokasi ke dalam area resmi Pasar Cisarua yang dikelola oleh Perumda Pasar Tohaga.

“Adapun PKL tersebut dialihkan, bukan digusur. Tapi dialihkan ke pasar Tohaga. Jumlahnya kurang lebih 130,” ujar Cecep.

Sebagian PKL Bongkar Sendiri Lapak

Cecep menyebut, sebagian pedagang bahkan memilih membongkar sendiri lapaknya sebelum ditertibkan oleh petugas. Upaya ini diapresiasi sebagai bentuk kesadaran dan kerja sama dari para pedagang.

Untuk mencegah kembalinya PKL ke area luar pasar, Satpol PP berencana melakukan patroli rutin di kawasan Cisarua.

“Kalau nanti muncul lagi, saya harap segera ditindak,” tambahnya.

Tahapan Teguran untuk Wilayah Papesta

Meski demikian, Cecep menyebut masih ada sejumlah bangunan di wilayah Papesta yang belum ditertibkan karena bukan di bawah pengelolaan Perumda Pasar Tohaga. Untuk wilayah tersebut, Satpol PP akan menempuh tiga tahapan teguran sebelum dilakukan pembongkaran.

“Ini pengawas bangunan akan melakukan kewajibannya, yaitu memberikan teguran 1, 2, 3,” tegas Cecep.

Langkah ini dinilai penting demi mewujudkan pasar yang lebih tertib, bersih, dan nyaman, baik bagi pedagang maupun pembeli.***

Nasional

SEKOLAH GRATIS, JADI PNS PULA—TAPI SEPI PEMINAT: Ada Apa dengan STIN dan Poltek Siber?

đź“… Kamis, 25 Juli 2025
✍️ Redaksi Berimbangcom

Berimbangcom — Pendaftaran tujuh sekolah kedinasan tahun 2025 resmi ditutup pada 22 Juli lalu. Namun, fakta mengejutkan muncul: dua sekolah kedinasan dengan jaminan langsung menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) justru sepi peminat. Padahal, di tengah persaingan kerja yang makin keras dan janji stabilitas karier sebagai PNS, angka pendaftar yang minim tentu jadi anomali serius.

Berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara (BKN) per 19 Juli 2025, Politeknik Keuangan Negara STAN (PKN STAN) seperti biasa merajai pendaftaran dengan 45.518 pelamar. Sementara di posisi buncit, Politeknik Siber dan Sandi Negara mencatat hanya 2.632 pendaftar, disusul Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dengan 7.563 pelamar.

“Sekolah elit, kuliah gratis, prospek jadi PNS langsung. Tapi kenapa malah tak dilirik?” – itulah pertanyaan yang mengemuka.

Berikut Ranking Jumlah Pendaftar Sekolah Kedinasan 2025:

  1. PKN STAN – 45.518
  2. IPDN – 31.264
  3. Sekolah Kedinasan Kemenhub – 28.493
  4. STMKG – 18.858
  5. Polstat STIS – 15.869
  6. STIN – 7.563
  7. Poltek Siber dan Sandi Negara – 2.632

Kenapa Sekolah Elit Justru Tak Diminati?

1. Publik Minim Literasi Intelijen & Siber
Banyak calon peserta yang tidak paham dunia kerja intelijen atau keamanan siber. Profesi ini dianggap “asing”, penuh kode, dan tidak seterang profesi ASN pada umumnya.

2. Disiplin & Tekanan Tinggi
STIN dikenal keras dalam latihan fisik dan kedisiplinan tinggi. Hal ini bisa mengintimidasi calon pendaftar yang tidak siap secara mental maupun fisik.

3. Promosi & Sosialisasi Lemah
Tak seperti STAN atau IPDN yang aktif menjaring lewat medsos dan event sekolah, STIN dan Poltek Siber terkesan “diam”, padahal mereka bersaing di era digital.

4. Seleksi Sangat Ketat & Khusus
Dari tinggi badan, kesehatan prima, hingga catatan keamanan, beberapa syarat masuk dua sekolah ini sangat membatasi sejak awal.


Sepi Pendaftar, Justru Peluang Emas?

Bagi calon siswa yang benar-benar berminat dan siap secara fisik dan mental, jumlah pesaing yang kecil justru menjadi keuntungan. Peluang lolos tes jauh lebih besar dibanding STAN atau IPDN yang penuh desakan.

“Sekarang saatnya generasi muda berpikir ulang. Jangan hanya mengejar sekolah ramai, tapi cari peluang sunyi yang pasti,” ungkap seorang analis pendidikan di Jakarta kepada Berimbangcom.


🛡️ STIN & Poltek Siber: Sekolah Strategis, Bukan Sekolah Massa

Dua sekolah ini tidak sekadar mencetak ASN biasa. Lulusan mereka disiapkan untuk masuk dunia yang tertutup, strategis, dan menyangkut keamanan nasional.

Namun, tanpa komunikasi publik yang masif dan pemahaman yang cukup dari masyarakat, maka lembaga strategis ini bisa terus kehilangan potensi SDM unggul hanya karena miskomunikasi.


đź”— Simpulan Berimbangcom:

Sepinya peminat STIN dan Poltek Siber adalah cermin dari masalah komunikasi dan pemahaman publik, bukan soal kualitas institusi. Pemerintah perlu rebranding dua sekolah ini, menjadikannya lebih familiar, tanpa mengorbankan nilai-nilai strategis dan kedisiplinan yang menjadi DNA-nya.***

Depok

Stadion Internasional Depok Terganjal Sengketa Tanah, Supian Suri: Silakan Tempuh Jalur Hukum

Berimbang.com – Depok, 24 Juli 2025
Rencana pembangunan stadion bertaraf internasional di kawasan Tanah Merah, Cipayungjaya, Kota Depok kembali menuai polemik. Kali ini, PT. Tjitajam secara terbuka mengklaim bahwa lahan yang direncanakan untuk proyek stadion tersebut adalah milik mereka secara sah.

Menanggapi hal ini, Wali Kota Depok Supian Suri menyerahkan penyelesaian sengketa kepada proses hukum.

“Terkait dengan apa yang disampaikan PT. Tjitajam, ya silakan itu menjadi proses hukum,” ujar Supian kepada wartawan di Balai Kota Depok, Kamis (24/7/2025).

Supian menjelaskan bahwa lahan tersebut selama ini diketahui merupakan bagian dari aset eks Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang berada dalam penguasaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Namun, ia mengakui bahwa hingga saat ini, Pemerintah Kota Depok belum menerima persetujuan resmi dari pihak BLBI.

“Cerita BLBI ini masih dalam bentuk proposal yang kami ajukan. Jadi belum ada keputusan atau persetujuan yang resmi,” tegasnya.

Sementara itu, pihak PT. Tjitajam melalui kuasa hukumnya, Reynold Thohak, menyatakan bahwa kliennya adalah pemegang Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) No. 257/Cipayung Jaya tertanggal 25 Agustus 1999. Lebih lanjut, Reynold mengklaim kepemilikan itu telah diperkuat oleh 10 putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

“Tanah tersebut sekarang juga dalam status sita jaminan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur,” ungkap Reynold.

Di sisi lain, Pemkot Depok tetap berharap agar pembangunan stadion dapat menjadi salah satu tonggak kemajuan infrastruktur kota. Dalam beberapa kesempatan, Supian Suri menegaskan keinginannya membangun stadion sebagai bagian dari aspirasi masyarakat, di samping pelebaran Jalan Raya Sawangan dan penambahan akses tol.

Meski demikian, sengketa ini menunjukkan bahwa rencana ambisius tersebut masih dihadapkan pada persoalan legalitas yang belum tuntas.*””

Daerah

Gubernur Dedi Mulyadi Larang Koperasi Merah Putih Beri Pinjaman: “Cash, Tidak Boleh Nunggak!”

Berimbang.com – Bandung| Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan larangan pemberian pinjaman di ribuan Koperasi Merah Putih yang baru dibentuk di seluruh desa dan kelurahan Jawa Barat. Dalam peluncuran program koperasi rakyat itu, Dedi menyatakan, transaksi di koperasi harus tunai dan nontunai, bukan kredit.

“Untuk masa awal ini, tidak boleh ada yang pinjam. Pengalaman saya, kalau sudah pinjam, barang koperasi tidak kembali, atau dibayar pun susah. Harus cash,” ujar Dedi saat ditemui di Bandung, Kamis (24/7/2025).

Program Koperasi Merah Putih yang diinisiasi oleh Pemprov Jabar telah menjangkau 5.957 koperasi di 27 kabupaten/kota. Fokus utamanya bukan pada simpan pinjam, melainkan pada penyediaan kebutuhan pokok rakyat, mulai dari LPG hingga pupuk, dengan harga yang diklaim jauh lebih terjangkau.

“Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga. Harga LPG dan pupuk yang biasa mahal, di koperasi harus murah,” jelas Dedi.

Selain itu, Dedi menyoroti pentingnya digitalisasi transaksi agar koperasi tidak menyimpan uang tunai secara fisik.

“Kalau ada uang tunai, godaannya terlalu tinggi,” ucapnya blak-blakan.

Bukan Koperasi Konvensional

Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, menjelaskan bahwa koperasi-koperasi ini tidak semata berfokus pada simpan pinjam. Ada enam sektor yang digarap: sembako, simpan pinjam, klinik desa, apotek desa, pergudangan, dan logistik. Semuanya telah berbadan hukum.

“Khusus logistik, kita ingin memangkas rantai pasok. Dari koperasi langsung ke perusahaan gas negara atau anak perusahaannya. Supaya harga stabil, tidak ada spekulasi,” ujar Herman.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat berharap kehadiran Koperasi Merah Putih dapat menguatkan ekonomi kerakyatan serta menekan permainan harga oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.***

Daerah

Bentrok Berdarah FPI vs Laskar Sabilillah di Pemalang, 5 Luka-Luka Termasuk Polisi

Berimbang.com – Pemalang, 24 Juli 2025
Kericuhan mewarnai peringatan bulan Muharam di Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Kamis (24/7), saat acara ceramah Habib Rizieq Shihab dibubarkan secara paksa oleh massa dari Laskar Sabilillah (PWI‑LS). Bentrokan antara PWI‑LS dengan massa Front Persaudaraan Islam (FPI) pun pecah, mengakibatkan lima orang mengalami luka-luka, termasuk satu aparat kepolisian.

Bupati Pemalang, Anom Widiyantoro, membenarkan insiden tersebut. “Lima orang dilaporkan luka-luka, termasuk satu polisi yang terkena lemparan benda keras. Seluruh korban sudah dirawat di fasilitas kesehatan terdekat,” ujar Anom dalam keterangannya.

Kronologi Ketegangan

Insiden bermula ketika Habib Rizieq Shihab dijadwalkan mengisi ceramah dalam rangka Muharam. Sekitar pukul 09.00 WIB, ratusan anggota PWI-LS tiba di lokasi dan meminta agar acara dihentikan. Massa yang mengenakan atribut hitam itu kemudian melempari area panggung dengan batu dan botol, memicu situasi panas.

Aparat kepolisian yang sudah siaga sempat membentuk barikade untuk meredam massa, namun upaya itu gagal menghentikan eskalasi. Massa FPI yang mengenakan pakaian putih merespons serangan dengan serbuan balik. Bentrokan tak terhindarkan dan diduga melibatkan senjata tajam.

“Situasi sempat tidak terkendali. Kami berusaha sekuat tenaga untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak,” ujar salah satu petugas keamanan di lokasi.

Habib Rizieq Diamankan

Saat kejadian berlangsung, Habib Rizieq sedang berada di atas panggung. Sejumlah anggota FPI langsung membentuk lingkaran pengamanan untuk melindungi tokoh mereka dari potensi serangan langsung. Ia dilaporkan dalam keadaan selamat dan segera dievakuasi usai insiden memanas.

Upaya Damai dan Investigasi

Pihak kepolisian tengah menyelidiki penyebab pasti bentrokan dan siapa pihak yang memicu kekerasan. Beberapa video amatir yang beredar memperlihatkan saling lempar dan bentrok fisik di area panggung hingga ke jalan raya.

“Kami mengimbau semua pihak untuk menahan diri. Insiden ini sedang kami dalami dan siapa pun yang melanggar hukum akan ditindak,” ujar Kapolres Pemalang.***

Nasional

Naik Rp 1,9 Miliar, Kekayaan Gibran Tembus Rp 27,5 M Tanpa Utang Sepeser Pun

Berimbang.com – Jakarta.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi merilis Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk periode pelaporan 2024. Berdasarkan dokumen e-LHKPN yang disampaikan pada 28 Maret 2025 lalu, total kekayaan putra sulung Presiden ke-7 Joko Widodo itu tercatat mencapai Rp 27.519.975.620—mengalami kenaikan sekitar Rp 1,9 miliar dibanding laporan sebelumnya.

Yang mengejutkan, Gibran tercatat tidak memiliki utang sama sekali dalam laporan kekayaannya. Artinya, seluruh hartanya bersih tanpa beban pinjaman—sebuah kondisi yang jarang ditemukan di antara pejabat publik lainnya.

Rinciannya: Tanah, Saham, dan Kas

Mayoritas kekayaan Gibran masih didominasi properti berupa tujuh bidang tanah dan bangunan dengan total nilai Rp 17,44 miliar, tersebar di Solo dan Sragen, Jawa Tengah. Selain itu, Gibran juga memiliki surat berharga senilai Rp 5,55 miliar, serta kas dan setara kas sebesar Rp 3,93 miliar.

Adapun koleksi kendaraan Gibran tergolong sederhana, terdiri dari tujuh unit yang nilainya total hanya mencapai Rp 312 juta, termasuk dua unit Toyota Avanza lawas dan satu motor klasik Honda CB-125 tahun 1974.

Berikut sebagian daftar aset tanah dan kendaraan milik Wapres:

Tanah dan Bangunan:

  • Solo (500/300 m²): Rp 6 miliar
  • Sragen (2.000 m²): Rp 2,6 miliar Ă—2
  • Solo (112 m²): Rp 1,5 miliar
  • Solo (113 m²): Rp 700 juta
  • Solo (896 m²): Rp 1,79 miliar
  • Solo (1.124 m²): Rp 2,24 miliar

Kendaraan:

  • Honda Scoopy (2015): Rp 7 juta
  • Honda CB-125 (1974): Rp 5 juta
  • Royal Enfield (2017): Rp 40 juta
  • Toyota Avanza (2016): Rp 85 juta
  • Toyota Avanza (2012): Rp 55 juta
  • Isuzu Panther (2012): Rp 60 juta
  • Daihatsu Grand Max (2015): Rp 60 juta

Perjalanan Kekayaan Sejak 2020

Jika ditarik ke belakang, kekayaan Gibran mengalami fluktuasi namun terus menanjak secara perlahan:

  • 2020: Rp 21,15 miliar
  • 2021: Rp 25,29 miliar
  • 2022: Rp 26,03 miliar
  • 2023: Rp 25,54 miliar (Oktober)
  • 2023: Rp 25,57 miliar (Desember)
  • 2025: Rp 27,52 miliar

Kenaikan signifikan pada 2025 mengundang pertanyaan di tengah sorotan publik atas peran Gibran dalam perpolitikan nasional pasca pencalonan Wakil Presiden.

Transparan Tapi Masih Misterius?

KPK menyebutkan bahwa seluruh harta Gibran berasal dari “hasil sendiri”, tanpa ada keterlibatan warisan, hibah, atau utang. Namun publik menuntut kejelasan lebih lanjut soal sumber perolehan kekayaan, terutama terkait usaha Gibran dan hubungannya dengan jejaring bisnis keluarga.

Di tengah tantangan politik dan sorotan tajam terhadap praktik nepotisme, LHKPN ini menjadi bagian dari transparansi yang penting, namun belum cukup menjawab seluruh keraguan masyarakat.**

Nasional

Grand Design Politik Jokowi Retak? Ray Rangkuti: “Sudah Berkeping-keping!”

Berimbang.com – Jakarta. Wacana besar tentang “grand design” politik keluarga Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, yang sebelumnya diyakini akan langgeng pasca dirinya lengser, kini justru dinilai tengah berada di ambang kehancuran. Pengamat politik senior Ray Rangkuti menyebut proyek ambisius ini telah berubah menjadi serpihan-serpihan rencana yang gagal terkonsolidasi.

“Tidak ada lagi grand design yang utuh untuk keluarga Jokowi, semuanya sudah berkeping-keping,” tegas Ray dalam tayangan Podcast Forum Keadilan TV yang dikutip Berimbang.com, Rabu (23/7).

Menurut Ray, desain kekuasaan jangka panjang yang coba dirancang Jokowi ternyata dibangun di atas fondasi yang sangat rapuh—yakni relasi politik yang bersifat transaksional dan hanya sebatas “pertemanan”.

Pertemanan Bukan Persaudaraan

Ray menilai, kegagalan utama Jokowi adalah keliru dalam membangun jejaring kekuasaan. Selama dua periode menjabat, ia tidak membentuk loyalitas berbasis ideologis atau emosional. Yang dibangun justru hubungan politis yang berakar pada hitung-hitungan pragmatis.

“Kesalahan terbesar Jokowi adalah menganggap semua bisa dikontrol setelah tidak menjabat lagi,” ujar Ray.

“Padahal ia tidak membangun ‘persaudaraan’ politik, melainkan ‘pertemanan’ yang berbasis untung-rugi.”

Kondisi ini, menurutnya, menjadi pemicu utama keretakan dukungan terhadap Jokowi, seiring absennya kekuasaan formal. Para “teman” politik kini mulai menghitung ulang keuntungan politik mereka—dan bukan tak mungkin, akan segera berbalik arah.

Dampak Langsung ke Gibran dan Keluarga

Buntut dari strategi yang rapuh ini mulai terasa bagi keluarga Jokowi, terutama anak dan menantunya yang kini aktif di dunia politik. Ray menilai, beban besar dan berbagai isu yang menyerang keluarga Jokowi menjadi konsekuensi dari minimnya jaringan yang benar-benar solid dan loyal.

“Teman-teman politik Jokowi kini akan mengkalkulasi keuntungan jika terus mendukungnya,” tambah Ray.

Gibran Rakabuming Raka, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden, pun disebut-sebut sebagai pihak yang paling terdampak. Ia harus menghadapi tekanan publik, serangan politik, hingga isu pemakzulan yang terus bergulir.

Meski belum ada pernyataan langsung dari pihak Istana, dinamika yang terjadi menandakan bahwa proyek politik keluarga Jokowi pasca-lengser tidak semudah dibayangkan. Ray menyimpulkan, upaya mempertahankan pengaruh tanpa kekuasaan adalah tantangan nyata yang tak bisa diselesaikan hanya dengan relasi transaksional.***