Internasional

Internasional

Supir Taksi Jujur Kembalikan Uang Penumpang 192 Juta

taxi-1

BERIMBANG.COM, London – Seorang supir taksi menuai pujian karena kejujurannya setelah ia mengembalikan sebuah tas berisi uang 10 ribu poundsterling atau Rp 192 juta milik penumpangnya yang tertinggal di kursi mobilnya.

Supir taksi berusia 55 tahun bernama Mohammed Nisar ini membawa seorang pedagang bernama Adrian Quinn ke stasiun kereta api Walsall. Saat tiba di tujuan, sang penumpang turun dengan tergesa-gesa sehingga melupakan tasnya.

Quinn membawa uang yang cukup banyak setelah mencairkan cek yang ia terima sebagai warisan dari ibunya yang baru saja meninggal dunia. Dan, saat menyadari tasnya tertinggal, ia mengaku kebingungan.

“Kehilangan uang sebanyak itu bisa berarti akhir dari bisnis saya. Saya benar-benar sakit secara fisik!,” kata Quinn yang berusia 46 tahun.

Quinn menyadari tas itu tertinggal di dalam taksi yang ditumpanginya. “Saya tengah berjalan melewati tempat parkir saat saya menyadari saya tak membawa tas itu dan saya panik. Saya mencoba menyetop taksi lain untuk mengejar taksi tadi, tapi semuanya penuh.

“Saya lalu merasa sakit. Tubuh saya seperti lumpuh dan saya tak tahu apa yang harus saya lakukan.. Saya menjadi linglung. Jika saya kehilangan uang itu, bisnis saya akan tamat.

“Kami membangun bisnis ini dari nol dalam sembilan tahun terakhir dan kami adalah pedagang. Kami tak punya pinjaman dari bank. Semua itu adalah kerja keras.

Setelah menyetop satu taksi lainnya, Quinn akhirnya kembali ke tempat mangkal taksi dan menemukan Nisar duduk di dalam mobilnya dengan tas yang disimpan aman di jok penumpang.

“Saya sangat emosional saat itu. Saya bilang kepadanya, ‘Tahukah Anda apa yang ada di dalam tas itu? Begini, itu bukan sekotak roti lapis atau koran. Ada 10 ribu poundsterling di dalamnya’.”

Quinn kemudian memberikan imbalan uang kepada Nisar sebagai ucapan terima kasih dengan menulis “kepada sahabat terbaik di dunia” pada amplopnya. Ia bahkan mengundang supir taksi itu bersama istrinya untuk makan bersama keluarganya.

“Ia hampir kena serangan jantung, ia benar-benar cemas!,” kata Nisar.

“Ia menghampiri saya dan bertanya apakah saya tahu apa yang ada di dalam tas miliknya. Ia sangat berterima kasih. Ia baru saja membeli mobil, tapi lupa tasnya yang penuh uang.”

Ini bukan kali pertama Nisar yang telah telah 15 tahun menjadi supor taksi, menemukan barang-barang penumpang yang tertinggal di dalam mobilnya.

Dua tahun lalu seorang penumpang meninggalkan dompetnya yang berisi uang 150 poundsterling dan Nisar langsung memutar balik ke rumah orang itu untuk mengembalikannya.

Kini, Nisar mengajak rekan-rekannya sesama supir taksi agar melakukan hal serupa jika berada dalam situasi seperti dirinya.

Internasional

Demi Anak, Ibu Ini Berpakaian ala Pria Selama 43 Tahun

sisa abu

BERIMBANG.COM, Kairo – Seorang wanita Mesir menyamar sebagai pria selama 43 tahun untuk membuat putrinya tetap bahagia setelah kematian suaminya. Sisa Abu Daooh, nama wanita ini, baru-baru ini dinobatkan sebagai “ibu ideal” oleh Pemerintah Provinsi Luxor dan diganjar penghargaan oleh Direktorat Solidaritas Sosial Luxor.

Abu Daooh, 64 tahun, kehilangan suaminya saat hamil. Setelah melahirkan, dia mendapati dirinya tak punya penghasilan. Budaya lokal di Mesir menentang perempuan berada di tempat kerja. Hal itu memaksanya berpakaian ala pria dan bekerja di luar rumah untuk menghidupi bayi perempuannya, Houda.

Dia bekerja membuat batu bata dan menyemir sepatu di jalan. Dia menjadi “pria” di luar rumah dan pulang kembali ke rumah sebagai ibu hingga anaknya dewasa dan menikah. Kariernya sebagai “pria” berakhir ketika jatuh sakit dan tak bisa lagi bekerja.

Selama menjadi “pria”, dia diuntungkan dengan busana tradisional laki-laki Arab yang mengenakan baju semacam jubah yang longgar. Jadi, dia hanya perlu membuka jilbabnya lalu menggantinya dengan sorban putih dan kadang-kadang topi pria yang disebut taqiyah serta sepatu hitam maskulin.

“Saya lebih suka bekerja seperti mengangkat batu bata dan kantong semen ataupun membersihkan sepatu ketimbang mengemis di jalan-jalan untuk mencari nafkah demi diri sendiri dan anak perempuan saya,” ucapnya.

Menurut dia, berbusana ala pria juga demi melindungi dirinya dari laki-laki. “Karena itu, saya memutuskan menjadi ‘pria’ dengan mengenakan pakaian mereka dan bekerja bersama mereka di desa lain yang tak seorang pun mengenal jati diri saya yang sebenarnya,” kata Abu Daooh.

Putrinya, Houda, menuturkan sangat kagum pada ibunya. “Ibu saya adalah orang yang mengabdikan dirinya untuk keluarga. Dia bangun setiap hari pada pukul 06.00 untuk menyemir sepatu di stasiun di Luxor,” ujarnya.

Dia tak henti bekerja kendati tenaganya mulai surut dimakan usia. Kini, satu-satunya pekerjaan yang masih ditekuninya adalah menyemir sepatu. “Saya yang membawakan peralatannya sampai ke stasiun,” ucap Houda.(Tem)