Mengembalikan Nilai Perjuangkan KAA
Ditulis oleh : Ahmad Maulana (Ketum HMI Cabang Depok)
BERIMBANG.COM, Minggu ini dunia internasional tertuju kembali kepada Indonesia, seperti 60 tahun silam ketika umur bangsa kita baru 11 tahun. Saat itu bangsa Indonesia bersama empat Negara penggasas berhasil menghimpun 29 negara di dua benua asia dan afrika dalam sebuah Konfrensi Asia-Afrika
Konfrensi Asia-Afrika kala itu menjadi magnet bangsa-bangsa senasib dan sepenanggungan benua Asia-Afrika untuk keluar dari Penjajahan, Kononialisme dan Imprelialisme. Dasasila Bandung hadir sebagai poin hasil pertemuan Konferensi Asia–Afrika yang dilaksanakan pada 18-25 April 1955 di Bandung. Pernyataan ini berisi tentang “Dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia”. Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru.
Kehabatan KAA tak hanya berhenti ditahun 1955, Konferensi ini pula akhirnya menjadi awal terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.
Konfrensi Asia-Afrika dan Kemerdekaan Bangsa-Bangsa
Sejak awal KAA sangat focus terhadap kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah, seperti semangat Dasasila Bandung poin ke tujuh “Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemedekaan politik suatu Negara” saat itu kemerdekaan Aljazair seakan menjadi bukti bahwa dorongan Internasional dalam KAA dapat menghapuskan penjajahan didunia.
KAA pada saat itu telah berhasil membakar semangat dan kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka.
Dalam pertemuan ketiga kali ini Indonesia juga seakan kembali menyadarkan tentang arti kemerdekaan kepada pemimpin Negara Asia-Afrifa saat ini. Dalam pidato pembukaan KAA Indonesia kembali memperjuangkan kemerdekaan Palestina :Kita dan dunia masih berhutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat palestina. Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina. Kita harus mendukung Negara palestina yang merdeka”.
Semangat Anti Kolonialisme
“Saya mohon Anda tidak berpikir kolonialisme hanya dalam bentuk klasik yang kita Indonesia, dan saudara-saudara kita di berbagai belahan Asia dan Afrika. Kolonialisme juga memiliki gaun modern, dalam bentuk kontrol ekonomi, kontrol intelektual, kontrol fisik oleh komunitas kecil tapi asing dalam suatu Negara”.
Kalimat diatas ducapkan Oleh Presiden Ir. Sukarno dalam sambutan pembukaan Konfrensi Asia-Afrika 1955, kalimat tersebut menjelaskan bahwa Kolonialisme kedepan bukan hanya hadir dengan cara penjajahan, tetapi akan hadir dengan cara yang lebih modern.
Kesadaran akan adanya “Penjajahan Gaya Baru” harus didengungkan kembali, penjajahan model ini yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia dan banyak Negara Asia-Afrika, ketergantungan terhadap dana asing, barang ekspor, pasar bebas dan pemikirian luar saat ini telah mengancam Kedaulatan Bangsa dalam berbagai Aspek.
Akhirnya kita semua berharap bahwa 60 tahun KAA tidak hanya agenda rutinitas belaka, bukan hanya agenda nostalgia masa lalu bahkan ceremonial komunitas Internasional seperti pertemuan tanpa hasil pada 2005 silam. Saatnya KAA merealisasikan cita-cita luhurnya dalam semangat anti Kolonialisme.