Depok

Pradi Perkenalkan Golok Depok Menjadi Ciri Khas Budaya Depok

Spread the love

BERIMBANG.COM, Depok – Perhelatan Milad ke-2 Golok Depok yang digelar di Kampung 99 Pepohonan, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok dihadiri Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, Camat Limo Herry Gumelar, Lurah Meruyung, Kapolsek Limo, Danramil 07/Limo, anggota DPRD Kota Depok dan anggota Komunitas Persaudaraan Golok Depok, Minggu (17/03/2019).

Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna mengatakan, kegiatan ini bukan hanya ingin melestarikan salah satu budaya di Kota Depok, tetapi juga memperkenalkan ciri khas budaya kota Depok, yaitu Golok Depok.

“Milad ke-2 Golok Depok ini untuk menumbuhkan semangat berkreasi. Golok Depok bukan hanya sekedar lambang saja, tetapi juga memiliki nilai unsur budaya,” ujar Pradi Supriatna.

Dikatakan Pradi, makna dari golok Depok bukan berarti kita gagah-gagahan dan terkesan golok itu menyeramkan dan galak. Tetapi harus dipahami nuansa budayanya dengan tidak meninggalkan rasa persaudaraan. Karena itu, kita harus bisa menggali informasi sedalam-dalamnya sampah sejauh mana pemahaman kita terkait golok Depok.

“Kenapa kita menjadikan golok sebagai budaya Depok, ini bukan sekedar gagah-gagahan tetapi kita harus mengerti tentang golok Depok. Ini merupakan ciri budaya kita,” jelasnya.

Menurut Pradi, berdasarkan pengalamannya berkunjung ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Terdapat beberapa senjata yang menjadi ciri khas nuansa budaya mereka. “Kita juga ingin memunculkan golok sebagai unsur budaya Depok. Ini potensi luar biasa dan harus ditonjolkan,” tegas Pradi.

Selain itu, dirinya juga ingin memperkenalkan budaya lain di Depok, seperti bahasa Depok yang lebih kental kepada bahasa Betawi seperti kata bentet, jojogan, dan ngejedok.

“kita jangan malu dengan bahasa seperti itu, itu ciri budaya Depok yang harus dipahami. Di Bekasi saja bisa kok bahasa seperti itu jadi budaya mereka, kenapa kita tidak. Kita harus menyelamatkan budaya Depok kepada generasi selanjutnya dengan memahami budaya kita sendiri,” pungkasnya.(iik).