Sejarah

Mengenal Alat Musik Tradisional Gendang Ditengah Perkembangan Jaman

Spread the love

IMG-20160413-WA0005

BERIMBANG.COM, SUKABUMI – Alat Musik Tradisional Sunda Kendang adalah waditra jenis alat tepuk berkulit yang dimainkan dengan cara ditepuk. Fungsinya sebagai pengatur irama lagu yang tergabung dalam perangkat gamelan.

Dalam penyajian kesenian Sunda, waditra Kendang sangat dominan. Terlihat dari peranannya, baik sebagai waditra waditra pengiring jenis – jenis tarian Sunda dan Pencak Silat. Bahkan dewasa ini, Kendang juga turut andil dalam pagelaran musik dangdut yang dikolaborasikan dengan alat – alat musik modern. Dalam musik dangdut, Kendang lebih dikenal dengan Gendang Rampak.

Saat berimbang.com berkunjung ke sebuah Sanggar Seni Sunda yang juga memproduksi alat musik Gendang di Kampung Cilandak RT 2/4 Desa Sirnajaya, Kecamatan Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi, Suryana atau yang lebih dikenal dengan panggilan Kang Bolu, seorang pengrajin yang juga seorang seniman penabuh gendang itu mengatakan, usaha membuat alat musik Gendang sudah digeluti selama 5 tahun, melanjutkan usaha turun temurun yang diwariskan ayah dan kakek buyutnya sebagai pendiri Sanggar.

“Kakek buyut saya seorang pecinta seni sunda hingga mendirikan sanggar jaipongan, sencak silat dan seni debus. Saya sudah menekuni usaha kerajinan ini selama 5 tahun”, katanya.

Lebih lanjut Kang Bolu menjelaskan, dalam bahasa Jawa, Kendang biasa disebut Gendang, asal kata dari Ke dan Ndang yang artinya cepat. Pernyataaan ini sesuai dengan fungsi waditra kendang yaitu untuk mempercepat dan memperlambat irama, kecuali dalam Gamelan Degung.

Badan Kendang sebagai resonator yang dinamakan Kukuwung, terbuat dari bahan kayu. Bisa berbahan kayu nangka, mangga atau kayu pohon jengkol. Sentug atau Bem Kendang adalah bagian lubang besar yang ditutupi lembar kulit terletak dibagian bawah, sedangkan bidang berkulit yang kecil disebut Kemyang, terletak di bagian atas kendang.

Wangkis adalah selaput kulit jangat binatang, penutup lubang Kuluwung sebagai sumber bunyi. Rarawat adalah tali dari bahan baku rotan atau kulit jangat, sebagai alat untuk menegangkan wangkis. Pemasangan Rarawat sangat khas rupa hingga disebut siki bonteng atau wijen. Tali Rawir adalah tali dari bahan rotan atau kulit jangat untuk menutup bibir wangkis. Wengku adalah lingkaran rotan atau bambu yang dipasang dibagian ujung pangkal kendang untuk menggulung wangkis. Anting – anting terbuat dari bahan logam (besi perunggu) berbentuk cincin untuk mengkaitkan Tali Kendang. Rehal adalah standard kendang (ancak). Simpay adalah inin dari kulit jangat untuk mengendurkan dan menegangkan Tali (rarawat).

“Berdasarkan ukuran dan bentuknya, waditra Gendang Sunda ada 3 jenis. Yakni, Gendang Gede atau Indung Gendang biasa dipake dalam pencak silat. Gendang Gending atau Gendang Sedeng, biasa dipergunakan dalam Kliningan Wayangan, Kacapian,  dsb. Dan Gendang Klanter yang berukuran kecil. Di Jawa-Tengah dinamakan Ketipung/Tipung. Kendang ini berperan untuk menambah variasi tabuhan Kendang Sedeng, sebab pemakaiannya tidak terlepas dari Kendang sedeng”, jelas Kang Bolu, kepada berimbang.com, beberapa waktu lalu.

Selain menekuni pembuatan alat musik Gendang, Kang Bolu juga kerap dipanggil dalam pagelaran musik dangdut sebagai penabuh Gendang Rampak. Di profesi itu, Kang Bolu cukup kewalahan dalam menerima order panggilan sebagai penabuh Gendang. Karena saat ini sangat jarang seniman musik yang mampu menguasai tehnik menabuh alat musik tradisional,  yang mengandalkan insting pemainnya. Terlebih dalam mengimbangi musik modern seperti musik dangdut.

Bicara soal harga Gendang, Kang Bolu menawarkan variasi harga disesuaikan dengan jenis kayu dan model serta finishingnya. Mulai dari harga 2 juta rupiah hingga 4 juta rupiah per setnya. Anda tertarik? (Raden)

Tinggalkan Balasan